Menu

Dolar Melemah Karena Data GDP AS Dan Kebijakan Trump Mengecewakan

A Muttaqiena

Dolar AS melemah terhadap sebagian besar mata uang mayor karena data GDP Amerika Serikat kuartal I/2019 direvisi, tapi Donald Trump malah mengobarkan konflik dagang baru.

Indeks Dolar AS (DXY) tumbang sekitar 0.13 persen ke kisaran 98.05 pada awal sesi Eropa hari ini (31/Mei). Dua kabar membebani Greenback, yakni data GDP Amerika Serikat (second estimate) yang dilaporkan mengecewakan dan Presiden AS Donald Trump yang mengumumkan penerapan tarif impor baru bagi Meksiko. Saat berita ditulis, Dolar AS melemah terhadap sebagian besar mata uang mayor, khususnya pada pair USD/JPY dan USD/CHF .

 

Profit Korporasi AS Rontok

Dalam laporan yang dirilis hari Kamis malam, GDP Amerika Serikat untuk kuartal I/2019 direvisi turun dari 3.2 persen menjadi 3.1 persen (Quarter-over-Quarter), sesuai ekspektasi. Belanja konsumen meningkat lebih tinggi dibandingkan laporan first estimate. Namun, keuntungan korporasi (sebelum pajak) malah jatuh 3.5 persen (QoQ) -penurunan paling parah sejak tahun 2015-.

Indeks harga PCE inti juga direvisi turun dari 1.3 persen menjadi 1.0 persen saja. Padahal, Federal Reserve telah menargetkan angka 2.0 persen bagi referensi utama inflasi ini. Apabila gagal mencapai target, maka ada kemungkinan suku bunga bakal dikurangi guna menggairahkan kembali perekonomian.

Data-data tersebut mengentaskan kekhawatiran sejumlah investor mengenai hilangnya momentum pertumbuhan AS, sehingga awalnya Greenback tak bereaksi terlalu besar menanggapi perilisannya. Namun, laporan itu juga mengindikasikan bahwa outlook pertumbuhan AS untuk kuartal II/2019 telah memburuk, seiring dengan meningkatnya eskalasi konflik perdagangan antara AS dengan beragam negara lain.

Patut untuk dicatat bahwa tarif impor tidaklah dibayar oleh China atau negara lain yang dikenai sanksi AS; melainkan oleh rakyat Amerika Serikat sendiri yang membutuhkan produk-produk impor tersebut. Dengan demikian, kenaikan tarif impor yang diterapkan Trump terhadap berbagai negara, pada dasarnya merupakan kenaikan pajak besar-besaran bagi masyarakat dan perusahaan-perusahaan AS. Pada gilirannya, hal ini dikhawatirkan dapat mengakibatkan terjadinya resesi.

 

Prospek Resesi AS Kembali Jadi Pokok Bahasan

Alih-alih merespons data-data ekonomi ini, Presiden AS Donald Trump justru meluncurkan kebijakan perdagangan baru yang kontroversial. Ia menyatakan akan menerapkan bea impor yang meningkat secara bertahap bagi semua produk yang diimpor dari Meksiko, selama mereka belum mampu menghentikan arus imigran ilegal yang masuk ke AS melalui wilayah mereka.

Tak ayal, kebijakan Trump malah meningkatkan kekhawatiran pasar mengenai potensi terjadinya resesi di Amerika Serikat. Prospek pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve pun kembali marak diperbincangkan, sehingga Dolar AS tertekan. Namun, mayoritas analis menilai kalau koreksi Dolar AS hanya akan berlangsung dalam jangka pendek. Pasalnya, mata uang ini juga berfungsi ganda sebagai safe haven di masa-masa ketika pasar keuangan bergejolak, dan Fed belum mensinyalkan keinginan untuk memangkas suku bunga.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE