Menu

Dolar Menguat Versus Yen Seusai Rapat Kebijakan BoJ

A Muttaqiena

Sejumlah faktor yang berkontribusi antara lain stabilisasi ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed dan konsistensi BoJ mempertahankan suku bunga rendah.

Seputarforex - Dolar AS sempat terpuruk versus yen Jepang seiring dengan depresiasinya selama satu pekan lalu . Namun, USD/JPY mengalami rebound pesat pada Jumat dan berlanjut hingga hari ini (18/Januari). Sejumlah faktor yang berkontribusi antara lain stabilisasi ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed dan konsistensi BoJ mempertahankan suku bunga rendah. Saat berita ditulis, USD/JPY telah mendaki lagi menuju kisaran 115.00.

Grafik USD/JPY Daily via TradingView

Ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed untuk tahun 2022 kini sudah mapan sebanyak sekitar 3 kali; satu kali pada Maret dan 2-3 kali lagi sebelum akhir tahun. Yield obligasi US Treasury 10Y pun meningkat kembali mendekati rekor tertinggi dua tahun pada kisaran 1.8550 persen. Sedangkan yield US Treasury 2Y menembus ambang 1 persen untuk pertama kalinya sejak Februari 2020.

Penguatan yield mendukung pemulihan kurs USD di pasar forex, khususnya terhadap yen Jepang yang sangat sensitif pada perubahan yield obligasi. Tidak tertutup kemungkinan untuk koreksi USD lagi lantaran akumulasi posisi long pada USD masih terlalu tinggi, tetapi aksi jual sementara ini telah berkurang.

Dikutip oleh Reuters, analis dari Goldman Sachs mengatakan, "Dengan 3.7 kenaikan suku bunga The Fed diperhitungkan untuk 2022 dan 2.3 untuk 2023, partisipan pasar tampaknya menyimpulkan bahwa risiko untuk perhitungan kebijakan sekarang (dalam kurs USD) sudah lebih seimbang."

Sementara itu, hasil rapat bank sentral Jepang (BoJ) hari ini menggambarkan betapa nihilnya ekspektasi perubahan kebijakan ke depan. Prakiraan inflasi masih jauh dari target, sehingga arah kebijakan moneter tetap ultra-longgar.

BoJ menaikkan prakiraan inflasi, tetapi levelnya tetap jauh di bawah target 2 persen. Prakiraan inflasi Jepang untuk periode satu tahun yang dimulai April 2022 hanya dikatrol dari 0.9 persen menjadi 1.1 persen, sedangkan prakiraan untuk tahun 2023 dinaikkan dari 1.0 persen menjadi 1.1 persen. Selaras dengan minimnya ekspektasi inflasi, BoJ mempertahankan suku bunga jangka pendek pada tingkat -0.1 persen.

"Perdagangan reflasi global dan peningkatan yield AS mengarah pada tekanan depresiasi atas yen," kata Carlos Casanova, ekonom senior Asia di UBP.

"BoJ kemungkinan akan tetap berpegang pada kebijakan (saat ini) di masa mendatang, kecuali jika pemerintah menekannya untuk mengurangi kerugian akibat kenaikan harga komoditas yang diperburuk oleh lemahnya yen. Itu mungkin mendorong BOJ untuk menyesuaikan kebijakannya," ungkap Izuru Kato, kepala ekonom di Totan Research.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE