Menu

Dolar New Zealand Menguat Didorong Surplus Neraca Perdagangan

A Muttaqiena

Negeri Kiwi mencatat surplus neraca perdagangan pertama kalinya dalam tujuh bulan terakhir, sehingga Dolar New Zealand menguat. Namun, masih ada risiko lain.

Dolar New Zealand menguat sekitar 0.40 persen ke kisaran 0.6858 terhadap Dolar AS pada sesi Asia hari Selasa ini (29/Januari), setelah rilis data neraca perdagangan setempat. Saat berita ditulis pada awal sesi Eropa, pasangan mata uang NZD/USD masih bergerak di kisaran 0.6854, dekat level tertinggi sejak tanggal 19 Desember 2018 lalu, meskipun relinya dikhawatirkan bakal tertahan oleh kabar buruk terkait negosiasi perdagangan AS-China.

Badan Statistik New Zealand melaporkan bahwa neraca perdagangan dalam basis bulanan berhasil menghapus defisit 955 Juta Dolar yang diderita pada periode November, dengan mencatat surplus sebesar 264 Juta Dolar pada bulan Desember. Angka tersebut jauh lebih baik dibandingkan ekspektasi, sekaligus merupakan surplus pertama kali dalam tujuh bulan terakhir.

Dolar New Zealand berhasil meroket kuat pada perdagangan hari ini berkat data ekonomi tersebut. Tak hanya menguat versus Greenback, mata uang ini juga unggul terhadap negeri jirannya dengan posisi AUD/NZD menurun 0.33 persen ke kisaran 1.0454.

Terlepas dari itu, sejumlah pihak khawatir kalau reli Dolar New Zealand takkan bertahan lama, setelah AS melayangkan tuduhan pidana atas perusahaan raksasa teknologi China, Huawei. Tindakan tersebut meningkatkan kekhawatiran pasar soal kelanjutan negosiasi AS-China pada hari Rabu mendatang, setelah Wakil Perdana Menteri China Liu He tiba di Washington. Padahal, Dolar New Zealand termasuk salah satu mata uang berbeta tinggi yang berisiko dilanda aksi jual di tengah kondisi risk-off.

"Kiwi bergelut dengan sejumlah aksi risk-off hari ini," kata Tim Kelleher dari ASB Bank, sebagaimana dikutip oleh New Zealand Herald. Ia mengutip berita Huawei yang beredar menjelang dilanjutkannya negosiasi perdagangan AS-China sebagai penyebabnya. Dolar Australia memang menghadapi kesulitan lebih besar ketimbang Dolar New Zealand, tetapi "Kiwi tak tampak terlalu cemerlang juga."

Selain itu, Kelleher juga mengaku mengamati voting amandemen rancangan kesepakatan Brexit di Parlemen Inggris pada hari ini, sebagai salah satu momen penggerak risiko pasar terkini. Perlu diketahui, Inggris masih dijadwalkan akan meninggalkan Uni Eropa pada tanggal 29 Maret, dengan ataupun tanpa kesepakatan dengan Uni Eropa. Namun, keluarnya Inggris tanpa kesepakatan tertentu dianggap membawa risiko besar bagi Inggris maupun negara-negara lain di kawasan Eropa dan kondisi pasar keuangan secara global.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE