Menu

Dolar Pertahankan Posisi Tertinggi Tujuh Bulan Di Tengah Konflik Dagang

A Muttaqiena

Reli Greenback tertahan oleh tingginya resiko perang dagang. Namun, penguatan Dolar AS tak terelakkan karena bias kebijakan moneter AS masih hawkish.

Pada hari Senin ini (18/Juni), Dolar AS masih berupaya mempertahankan posisi tertinggi tujuh bulan, meskipun konflik dagang antara Amerika Serikat dan China kembali mengemuka. Pelaku pasar mensinyalir kedua negara kemungkinan akan kembali berupaya menghindari perang dagang frontal; tetapi, ketegangan yang timbul akibat pengumuman-pengumuman terkait, mencegah Greenback melanjutkan relinya. Saat berita ditulis, Indeks Dolar AS (DXY) hanya naik tipis 0.05% ke 94.84 dalam perdagangan intraday.

 

 

Pekan lalu, Indeks Dolar AS sempat melonjak lebih dari 1 persen dan ditutup pada 95.13, setelah Federal Reserve memberikan sinyal hawkish pasca rapat kebijakan moneternya. Fed menaikkan suku bunga untuk kedua kalinya sejak awal tahun 2018, dan mensinyalkan probabilitas dua kali kenaikan suku bunga lagi dalam tahun ini. Di sisi lain, European Central Bank (ECB) justru menyampaikan pesan bernada dovish.

Tekanan atas Greenback mulai muncul setelah Presiden Donald Trump meneken keputusan baru untuk menerapkan tarif atas impor dari China senilai USD50 Milyar dalam tiga pekan ke depan. Hanya beberapa jam setelahnya, kantor berita Xinhua melaporkan bahwa Beijing akan menerapkan tarif 25% atas beragam produk impor dari AS, sebagai tindakan balasan.

 


"Reaksi oleh mata uang-mata uang dalam perkembangan (ketegangan) perdagangan masih terbatas, karena kebijakan AS dan respon China selaras dengan ekspektasi," kata Yukio Ishizuki, pakar strategi mata uang di Daiwa Securities, Tokyo, pada Reuters. Lanjutnya lagi, "Eskalasi ketegangan dagang AS-China tentu saja merupakan sebuah skenario risiko. Namun, tarif saat ini, meskipun diterapkan, kemungkinan hanya sedikit menyinggung perekonomian global. Pasar juga perlu mempertimbangkan skenario di mana kedua negara mencoba meredam ketegangan."


 

Dengan latar belakang risiko cukup tinggi, pasangan mata uang USD/JPY tertekan hari ini. Saat berita ditulis pada pertengahan sesi Eropa, USD/JPY -0.08% ke 110.55, meskipun saham Tokyo rontok dan gempa besar melanda Osaka. Yen seringkali dipandang sebagai mata uang safe haven, walaupun acap terjadi bencana alam, karena perekonomian Jepang dianggap tangguh dengan basis surplus Current Account sangat kuat.

Di sisi lain, EUR/USD kesulitan bangkit dari level terendah sejak akhir Mei. Posisi Euro masih -0.06% versus Dolar AS dalam perdagangan intraday, setelah minggu lalu merosot 1.3% akibat bias dovish ECB. Bank sentral Eropa tersebut menyatakan bakal mempertahankan suku bunga pada rekor terendah hingga tahun depan.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE