Menu

Ekonomi Inggris Melempem, Sterling Tertekan Di Terendah Tiga Bulan

A Muttaqiena

Bauran beragam faktor menekan nilai tukar GBP/USD akhir pekan ini, setelah rilis data-data ekonomi Inggris menunjukkan kinerja yang mengecewakan.

Seputarforex - Pound sterling terbelenggu di bawah level 1.3800 versus dolar AS dalam perdagangan hari Jumat ini (9/Juli). Bauran beragam faktor menekan nilai tukar GBP/USD, termasuk diantaranya pernyataan Gubernur BoE yang bernada dovish, arah kebijakan The Fed yang semakin hawkish, peningkatan sentimen risk-off global, serta data-data ekonomi Inggris yang mengecewakan.

Grafik GBP/USD Daily via Tradingview.com

Laporan hari ini menunjukkan bahwa perekonomian Inggris tumbuh 0.8 persen (Month-over-Month) pada Mei 2021, atau hanya setengah dari ekspektasi konsensus yang sebesar 1.5 persen. Pertumbuhan GDP rata-rata tiga bulanan juga hanya 3.6 persen, lebih rendah dari prakiraan sebelumnya yang sebesar 3.9 persen.

Data-data ekonomi lain untuk periode yang sama kompak meleset dari ekspektasi. Produksi industri hanya tumbuh 20.6 persen versus ekspektasi pasar 21.6 persen (Year-on-Year). Sedangkan output manufaktur hanya tumbuh 27.7 persen versus ekspektasi pasar 29.5 persen (Year-on-Year).

UK Office for National Statistics (ONS) menilai perekonomian Inggris masih 3.1 persen di bawah tingkat pra-pandemi. Para ekonom berpendapat bahwa angka-angka yang mengecewakan ini kemungkinan karena peningkatan jumlah kasus COVID-19.

"Laporan GDP Mei adalah sepercik siraman air dingin bagi mereka yang mengharapkannya kembali ke puncak pada kuartal ketiga," kata Samuel Tombs, Kepala Ekonom Inggris di Pantheon Macroeconomics, "Sedikit momentum di luar sektor hospitality. Peningkatan kasus COVID mengarah pada pertumbuhan yang lebih lambat (lagi) pada Juni."

"Perekonomian Inggris telah memiliki kuartal kedua yang hebat, tetapi peningkatan kasus COVID-19 mengancam untuk menunda pemulihan selama musim panas," ujar James Smith, seorang ekonom di ING Bank.

Deutsche Bank awal pekan ini merilis hasil riset yang menyebutkan bahwa peningkatan jumlah kasus COVID-19 dapat berdampak negatif pada keyakinan konsumen Inggris dalam pekan-pekan mendatang, sehingga menekan belanja konsumen dan aktivitas ekonomi. Situasi bisa memburuk meskipun pemerintah Inggris benar-benar mengakhiri semua pembatasan sosial pada tanggal 19 Juli, apabila wabah masih mengkhawatirkan bagi masyarakat.

"Kami lebih khawatir bahwa dorongan langsung minor dari pembukaan 19 Juli akan terimbangi oleh efek riak tidak langsung, dengan masalah pada sisi permintaan dan penawaran," ungkap Shreyas Gopal, pakar strategi Deutshce Bank, "Ada keterkaitan antara tingkat kasus yang meningkat dan keyakinan konsumen, walaupun vaksinasi dikenal luas dapat mengurangi kemungkinan sakit parah."


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE