Menu

Euro Dan Sterling Terhempas, Dolar AS Lepas Landas

N Sabila

Rabu (15/10) ini merupakan awal yang suram bagi Euro dan Poundsterling, menyusul lemahnya data dari Jerman dan Inggris sehingga menyeret dua mata uang di Eropa tersubut. Indeks Dolar AS pun terdongkrak. Beban untuk Euro datang betubi-tubi kemarin sehingga menambah kecemasan terhadap pertumbuhan global.

Rabu (15/10) ini merupakan awal yang suram bagi Euro dan Poundsterling, menyusul lemahnya data dari Jerman dan Inggris sehingga menyeret dua mata uang di Eropa tersubut. Indeks Dolar AS pun terdongkrak.


Mata uang tunggal 18 negara anjlok hingga $1.2640 dari level tinggi satu pekan di $1.2770 setelah ZEW Jerman yang memburuk dengan antusiasme investor yang terhempas di bawah nol untuk pertama kalinya dalam hampir dua tahun terakhir di bulan Oktober. Terhadap Yen dan Swissy, Euro juga kehilangan tenaga dengan EUR/JPY yang tumbang dari posisi 135.60 ke 135.04 dan EUR/CHF di level rendah 1.2062.

Beban Euro

Beban untuk Euro datang betubi-tubi kemarin, antara lain pemerintah Jerman yang memotong prediksi pertumbuhannya, jatuhnya produksi industri zona Euro, dan Peringatan dari Fitch bahwa Prancis akan memotong rating kreditnya akibat outlook ekonomi Prancis yang tengah terpuruk.

Faktor-faktor tersebut menambah kecemasan terhadap pertumbuhan global hingga membuat The Fed AS berpikir untuk melambatkan pengurangan stimulus masifnya.

Menurut catatan dari BNP Paribas pada CNBC, Presiden ECB, Mario Draghi memiliki kesempatan yang lebih besar untuk meyakinkan pasar akan solusi yang mereka tawarkan dalam pidatonya Rabu sore nanti. Merosotnya ekspektasi inflasi lima tahunan hingga ke level rendah baru di 1.8 persen, menunjukkan bahwa ECB akan menghadapi tantangan yang lebih sengit. BNP Paribas mengharapkan adanya pelonggaran stimulus yang lebih sejak kuartal pertama, meski para pejabat ECB masih dalam upaya penekanan bahwa hal itu akan dilakukan bila perlu.

Lemahnya Inflasi

Di sisi lain, lemahnya inflasi Inggris menjatuhkan GBP/USD hingga $1.5895, level rendah yang belum pernah terlihat sejak bulan November 2013.

Lemahnya inflasi di beberapa negara maju, yang 26 persennya disumbangkan oleh merosotnya harga minyak sejak Juni lalu, sukses menjeblokkan obligasi pemerintah. sehingga, meskipun The Fed akan segera mengakhiri program pembelian obligasinya, imbal hasil obligasi 10 tahunannya telah jatuh di bawah 2.2 persen, mencapai level rendah 16 bulan.

Biasanya, hal seperti itu akan menyurutkan daya tarik Greenback terhadap Yen, namun saat ini hal itu tidak terjadi karena kondisi Euro dan Sterling lebih parah. Hasilnya, Dolar pun memantul naik ke 107.05 yen dari level rendah satu bulan di 106.68 yen.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE