Menu

Euro Selip Akibat Kekhawatiran Tentang Resesi Di Jerman

A Muttaqiena

Euro tergelincir versus Dolar AS lantaran rumor tentang resesi di Jerman yang merebak setelah data produksi industrinya dilaporkan merosot tajam.

Euro merosot hampir 0.2 persen ke kisaran 1.1181 terhadap Dolar AS pada pertengahan sesi Eropa hari ini (7/Agustus), setelah publikasi data produksi industri Jerman. Sektor industri Jerman mengalami kontraksi dahsyat, sehingga memantik spekulasi mengenai kemungkinan terjadinya resesi di negeri adidaya Eropa itu dalam tahun ini. Namun, sebagian pakar menilai spekulasi tersebut terlalu dini.

Destatis melaporkan bahwa produksi industri Jerman merosot 1.5 persen pada bulan Juni 2019. Padahal, analis hanya memperkirakan kontraksi sebesar 0.5 persen saja. Penyebab kemerosotan terletak pada menciutnya lagi aktivitas manufaktur hingga 1.8 persen (Month-over-Month). Tren buruk dalam sektor ekonomi utama ini sontak menimbulkan kekhawatiran tentang resesi di Jerman.

"Survei menandakan perekonomian Jerman akan mengalami kontraksi lebih jauh pada bulan Juli, meningkatkan kekhawatiran bahwa perekonomian terbesar Eropa bisa jadi akan mengalami resesi," kata Fiona Cincotta, analis pasar senior di City Index.

Sebuah negara akan dikatakan mengalami resesi jika pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP) menunjukkan angka negatif selama dua kuartal berturut-turut. Pertumbuhan ekonomi Jerman kuartal I/2019 mencapai 0.4 persen, sehingga mereka baru akan mengalami resesi jika laju GDP kuartal dua dan tiga sama-sama minus. Oleh karena itu, sebagian analis menilai kalau kekhawatiran resesi ini terlalu dini.

"Meskipun risiko kejutan negatif pada kuartal III/2019 telah meningkat, kami kira diskusi mengenai resesi itu prematur, karena ada beberapa indikasi bahwa perekonomian global bisa jadi mencapai kondisi terburuknya pada semester kedua tahun 2019. Namun, apabila risiko politik ( konflik dagang AS-China dan "No-Deal Brexit" -red) terwujud, maka semua itu bisa menepis antisipasi pemulihan moderat menjelang akhir tahun," papar Dr Thomas Strobel, seorang ekonom dari UniCredit Bank.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE