Menu

EUR/USD Jatuh Di Level Terendah 28 Bulan, Tertekan Sentimen Pasar

Pandawa

Euro terperosok hingga menyentuh level terendah sejak Mei 2017, setelah AS dan China sama-sama menaikkan tarif impor pada 1 September kemarin.

Mata uang Euro melemah tajam versus Dolar AS pada sesi perdagangan hari Senin kemarin menuju kisaran terendah sejak bulan Mei 2017 lalu. Pelemahan itu masih berlanjut hingga sesi Asia hari Selasa (03/September) pagi ini, dengan EUR/USD yang berada di level 1.0937.

Di samping itu, pelemahan mata uang Euro juga tampak terhadap safe haven Yen (EUR/JPY). Versus aset safe haven lain seperti Franc Swiss, mata uang Euro terkonsolidasi dan cenderung menurun bila mengacu pada Time Frame Daily.

 

Sentimen Negatif Pasar Tekan Euro

Pegerakan negatif mata uang Euro dalam beberapa waktu terakhir, terutama terhadap mata uang safe haven , lebih disebabkan oleh sentimen pelaku pasar yang hingga saat ini cenderung menjauhi aset dengan profil risiko tinggi. Tensi dagang AS-China menjadi salah satu isu yang terus disorot karena dikhawatirkan dapat memicu ketidakstabilan ekonomi global.

Meski AS dan China telah mengonfirmasi kesediaan untuk kembali melanjutkan pembicaraan dagang, perlu diperhatikan juga bahwa "manis di awal pahit di akhir" selalu menjadi nuansa yang mendominasi dalam beberapa perundingan terakhir antara kedua negara. Pasalnya, China tidak mau menyerah begitu saja terhadap tuntutan dari AS yang dianggap bisa mengancam kedaulatan ekonominya. Di sisi lain, AS juga tidak ingin mundur karena merasa China telah melakukan praktik perdagangan curang yang merugikan ekonominya selama bertahun-tahun.

Perang dagang yang begitu pelik antara dua negara ekonomi terbesar ini sudah berlangsung sejak tahun lalu, dan memang terbukti bisa menghambat rantai pasokan perdagangan yang berimbas pada lemahnya permintaan global. Dampaknya telah meluas hingga seluruh kawasan, termasuk Zona Euro dan benua Asia.

Tidak tanggung-tanggung, data terkini menyebutkan bahwa Ekspor Jerman yang sangat bergantung pada sektor Manufaktur harus terperosok di bulan Agustus. Anjloknya permintaan global mendorong banyak perusahaan di Jerman menurunkan produksi dan berimbas pada pemangkasan tenaga kerja. Kondisi ini semakin diperburuk oleh keputusan AS dan China yang sama-sama menaikkan tarif impor terhitung sejak 1 September lalu.

"Ada sangat sedikit tempat di pasar mata uang yang bisa dijadikan tempat berlindung jika ketegangan perdagangan terus meningkat; mata uang negera berkembang dan Euro menjadi sangat rentan akibat gejolak perang dagang," kata Timothy Graf, kepala strategi makro di State Street Global Advisors.

Euro masih berpotensi kembali melanjutkan penurunan tajam terhadap Dolar AS karena minimnya katalis positif yang mendukung mata uang ini. Di samping itu, ketimpangan kondisi fundamental antara AS dan Zona Euro yang semakin nyata turut menjadi faktor pendorong bearish Euro saat ini.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE