Menu

Faktor-Faktor Yang Bermain Di Pasar Minggu Ini Menjelang Rapat FOMC

A Muttaqiena

Semua chart minggu ini diperkirakan masih akan didominasi volatilitas tinggi menjelang rapat FOMC 18-19 Maret besok. Disamping itu, beberapa faktor fundamental telah mengguncang pasar sejak minggu lalu dan diperkirakan masih akan bercokol hingga minggu ini. Diantaranya adalah komplain pejabat ECB mengenai Euro yang terlalu kuat, risiko geopolitik paska referendum Crimea, dan gonjang-ganjing ekonomi Cina.

Semua chart minggu ini diperkirakan masih akan didominasi volatilitas tinggi menjelang rapat FOMC 18-19 Maret besok. Disamping itu, beberapa faktor fundamental telah mengguncang pasar sejak minggu lalu dan diperkirakan masih akan bercokol hingga minggu ini. Diantaranya adalah komplain pejabat ECB mengenai Euro yang terlalu kuat, risiko geopolitik paska referendum Crimea, dan gonjang-ganjing ekonomi Cina.

1. The Fed Akan Ubah Patokan Kebijakan
David Song dari DailyFx memprediksi USD akan rapuh menjelang rapat FOMC minggu ini. Tapering lanjutan sudah hampir pasti akan diputuskan dalam rapat tersebut, tetapi Pasar mengantisipasi perubahan pendekatan kebijakan Bank Sentral AS (The Fed) dengan hati-hati. Pasalnya, sekalipun kenaikan suku bunga dalam waktu dekat belum memungkinkan, tetapi banyak faktor mengindikasikan bahwa the Fed akan mengubah pendekatan kebijakannya dari patokan kuantitatif ke patokan kualitatif dalam putusan tingkat suku bunga. Ini berarti mereka mungkin akan mengabaikan penurunan statistik pengangguran dan lebih memperhatikan realita di lapangan (apakah pengangguran sungguh-sungguh telah berkurang?) sebelum menaikkan suku bunga. Pandangan yang dovish ini, juga pandangan-pandangan anggota FOMC yang saling bertentangan, bisa mengakibatkan pergerakan USD yang lebih tajam pada chart. Penguatan maupun pelemahan yang terjadi bisa cukup ekstrim.
2. Ketegangan Geopolitik Ukraina Masih Eksis, Tapi Mulai Tak Dihiraukan Lagi
Selain FOMC, isu yang masih menggantung sekarang adalah perseteruan atas nasib Crimea, Ukraina. Referendum pada hari Minggu kemarin dilaksanakan dengan pengawalan tentara Rusia, dan menunjukkan lebih dari 90% warga Crimea ingin melepaskan diri dari Ukraina untuk bergabung dengan Rusia. Segera setelahnya, AS dan negara-negara Eropa menjatuhkan sanksi ke Rusia. Kondisi yang demikian sempat menimbulkan kepanikan di pasar. Emas melesat, memantapkan tren bullish yang dialaminya sejak rusuh Ukraina meletus. Namun, dampaknya hanya berat di pasar komoditas, sedangkan dampak terhadap forex dan pasar saham tidak bertahan lama. Indeks S&P 500 malah naik 1% pasca referendum. Pagi ini, Yen dan Swissy pun kembali menunjukkan tanda-tanda kembali ke trend asalnya. Kenapa begini?

Ketidakpastian sebelum referendum telah menyeret pasar dalam kekhawatiran, tetapi setelah ternyata referendum berjalan damai, pasar mulai merasa lega. Selain itu, sanksi yang dijatuhkan AS dan Eropa pada Rusia diperkirakan hanya memiliki pengaruh di Rusia dan Eropa, serta takkan banyak berefek negatif pada perekonomian dunia. Rusia sudah jelas akan mengalami tekanan kuat, tetapi yang dikhawatirkan pasar justru dampak sanksi itu pada Jerman, karena sepertiga suplai energi Jerman berasal dari Rusia, dan relasi ekspor-impor keduanya sangat erat.

3. Draghi Bilang, Euro Sudah Terlalu Kuat, Terus Gimana?
Gubernur Bank Sentral Eropa (ECB), Mario Draghi, dan rekan-rekannya mengatakan bahwa Euro sudah terlalu kuat. Kondisi ini menciptakan masalah bagi negara-negara kecil yang menggunakan Euro sebagai patokan mata uangnya, sekaligus dikhawatirkan akan menekan ekspor. Ini memunculkan spekulasi bahwa ECB akan membuat kebijakan untuk memangkas nilai tukar Euro. Kebijakan apa itu? bisa jadi mengurangi suku bunga atau melancarkan stimulus. Namun demikian, wacana itu sepertinya takkan jadi realita selama Euro belum melampaui 1.4000.
4. Dua Perusahaan Besar di Cina Gagal Bayar Utang
Pagi ini baru saja diberitakan perusahaan real estate Cina Zhejiang Xingrun Real Eastate Co. tidak bisa membayar utang senilai 3.5 milyar Yuan (566,6 juta USD) terhadap 15 bank, termasuk China Construction Bank Corp. yang memegang 1 milyar Yuan dari total utang itu. Pihak-pihak terkait tengah mendiskusikan pemecahan masalah ini, namun belum ada solusi yang pasti. Seminggu yang lalu, perusahaan Shanghai Chaori Solar Energy Science & Technology Co telah mengalami default, perusahaan pertama yang gagal bayar di pasar obligasi Cina daratan. Obligasi yang berubah jadi kertas toilet itu "hanya" sekitar 1 milyar Yuan, namun sukses menyeret saham-saham Asia beberapa saat setelahnya.

Kedua insiden ini dianggap oleh sejumlah pihak sebagai sinyal menajamnya ancaman kredit macet Cina. Namun, sementara ini efeknya masih terbatas di pasar saham. Pasar forex nampaknya lebih nyaman dengan resiko yang kian meningkat, terbukti dengan penguatan Aussie dan Euro kemarin ditengah ketegangan geopolitik dan gonjang-ganjing ekonomi Cina.

Namun demikian, semua mata masih memandang rapat FOMC, terutama untuk memastikan arah pergerakan pair major dan gold kedepan. Berhati-hatilah pada volatilitas pasar minggu ini, tetapi ingat juga bahwa volatilitas adalah kesempatan untuk memanen profit.


Editorial Forex Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE