Menu

GBP/USD Mencuat Pasca Rilis Data GDP Inggris

A Muttaqiena

Rilis data GDP Inggris menunjukkan kemerosotan yang sangat pesat, tetapi pair GBP/USD mengabaikannya karena berfokus pada topik berbeda.

Poundsterling menguat ke kisaran tertinggi harian 1.2645 terhadap Dolar AS pada awal sesi Eropa hari ini (12/Juni). Namun, rilis data Gross Domestic Product (GDP) Inggris menunjukkan kemerosotan yang sangat pesat. Sentimen risiko pasar juga masih dibayangi oleh kekhawatiran terhadap gelombang kedua pandemi COVID-19.

Grafik GBP/USD Daily via Tradingview.com

UK Office for National Statistics (ONS) melaporkan bahwa pertumbuhan ekonomi merosot 24.5 persen (Year-on-Year) per bulan April 2020. Laju GDP tersebut lebih buruk dibanding estimasi konsensus yang mensinyalir penurunan sebesar 22.3 persen. Tapi Sterling nyaris tak merespons kabar jelek itu, karena sebagian pelaku pasar sudah memperkirakan rilis data bakal meleset dari ekspektasi.

"Data GDP menunjukkan bahwa pada puncaknya di bulan April, lockdown menekan output ekonomi sebesar 25 persen, menjadikan krisis virus Corona sebagai resesi terdalam dalam sejarah. Untuk perbandingan, puncak-ke-lembah dalam GDP pada era Krisis Finansial Global dan Depresi Besar sama-sama 7 persen," kata Andrew Wishart, pakar ekonom Inggris di Capital Economics.

Sejumlah analis mensinyalir absensi respons Sterling kali ini berhubungan dengan kemerosotannya kemarin yang terlalu jauh, sehingga pasar merasa perlu untuk menimbang ulang arah pergerakan berikutnya. GBP/USD telah anjlok dari kisaran 1.2750-an ke 1.2600-an, atau sekitar 150 pips hingga penutupan sesi New York. Pada saat itu, Sterling ikut terseret aksi jual masif di bursa saham dan komoditas dunia yang mendadak terjadi lantaran ketakutan pasar terhadap potensi merebaknya gelombang kedua pandemi COVID-19.

"Sinyal tentatif potensi wabah COVID-19 di sejumlah negara bagian AS memberikan sinyal peringatan bagi potensi lonjakan kasus dalam beberapa pekan ke depan. Dengan S&P500 dan Nasdaq pulih dari keseluruhan aksi jual (pada awal pandemi) virus Corona, outlook risk/reward selalu condong lebih berat ke arah bawah," kata Joshua Mahony, analis pasar senior di IG Group.

"Saya jarang menyaksikan pembalikan sentimen pasar yang begitu drastis -dari 'beli apa saja' menjadi 'jual apa saja' hanya dalam satu atau dua hari," komentar Marshall Gittler dari BDSwiss Group, "Dari perspektif FX, pasar kemarin adalah bukti dari karakteristik safe haven Dolar. Sebab langsung dari kejatuhan pasar saham sedunia adalah ketakutan terhadap infeksi lebih luas di AS, tetapi Dolar menjadi mata uang berkinerja terbaik."


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE