Menu

Gubernur BI Ajak Pemerintah Bersinergi Hadapi Risiko Perang Dagang

Brianika

Perry Warjiyo menegaskan perlunya sinergi antara bank sentral dengan pemerintah, untuk mengatasi risiko perlambatan ekonomi akibat perang dagang.

Seputarforex.com - Bank Indonesia (BI) memprediksi jika pertumbuhan ekonomi global tahun depan masih akan melambat akibat perang dagang AS-China. Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan bahwa pihaknya mengajak pemerintah untuk bersama-sama menanggulangi dampak yang ditimbulkan dari gejolak dagang, khususnya terhadap perekonomian Indonesia, dengan memberikan stimulus fiskal dan mendorong reformasi sektor riil.

"Bank sentral tidak bisa menjadi the only game in town. Perlu sinergi bauran kebijakan ekonomi nasional, baik melalui stimulus fiskal maupun reformasi ekonomi di sektor riil," kata Perry dalam event Pertemuan Tahunan BI 2019 pada Kamis malam.

Meskipun begitu, masih ada optimisme dalam outlook ekonomi BI. Perry menerangkan pihaknya meramalkan pertumbuhan ekonomi dunia 2020 akan berada di area 3.1 persen, sedikit membaik jika dibandingkan dengan proyeksi tahun ini yang 3.0 persen.

Sementara itu, pemerintah sebelumnya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5.05 persen, meleset dari target APBN di level 5.3 persen. Namun untuk tahun depan, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan masih akan tumbuh antara 5.1-5.5 persen.

Untuk mencapai target itu, Perry menekankan bahwa bauran kebijakan makro ekonomi dan sistem keuangan antara pemerintah, BI, serta Otoritas Jasa Keuangan perlu diperkuat.

 

Rupiah Melemah Ke Level Terendah Mingguan

Pada sesi perdagangan di akhir bulan November ini (29/November), nilai tukar Rupiah merosot terhadap Dolar AS sebesar 0.18 persen ke level Rp14,110. Tidak berbeda jauh, pelemahan mata uang Garuda juga tergambar dalam Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) ke angka Rp14,102, yang menjadi titik terendah dalam sepekan ini.

Para analis memperkirakan bahwa Rupiah berpotensi melanjutkan pelemahan sebagai imbas dari gejolak perang dagang AS-China. Seperti yang diungkapkan oleh analis PT Monex Investindo Futures, Ahmad Yudiawan, Rupiah bergerak di kisaran Rp14,050-Rp14,115 per Dolar AS dalam perdagangan hari ini.

Yudiawan mengatakan bahwa sentimen terkait Presiden AS Donald Trump yang sudah menandatangani UU HAM Hong Kong telah meningkatkan kekhawatiran pasar global, termasuk pasar Indonesia. Apalagi, belum ada sentimen positif dari dalam negeri yang mampu menolong pergerakan Rupiah.

"Ini jadi berita buruk bagi pasar, sehingga Rupiah bergerak tertekan, tapi menguntungkan bagi aset berisiko," ungkap Yudiawan, dikutip dari Bisnis Indonesia.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE