Menu

Harga BBM Naik Picu Inflasi, Kurs Rupiah Tetap Rendah

A Muttaqiena

Kurs Rupiah terhadap Dolar AS hari ini (3/April) masih tersangkut pada Rp13,750, sementara harga BBM naik memicu inflasi lebih tinggi pada Maret 2018.

Seputarforex.com - Kurs Rupiah terhadap Dolar AS hari ini (3/April) versi JISDOR (Jakarta Spot Interbank Dollar Rate) masih terdampar pada Rp13,750; menguat tipis dibanding Rp13,756 kemarin, tetapi lebih lemah ketimbang Rp13,745 pada akhir pekan lalu. Kondisi luar negeri masih berpengaruh, seperti isu perang dagang AS-China dan kenaikan suku bunga Amerika Serikat, sehingga kurs Rupiah masih di kisaran level rendah. Namun demikian, harga-harga di dalam negeri secara umum tetap terkendali meskipun harga BBM naik memicu kenaikan inflasi, sehingga pergerakan kurs cenderung stabil.

 

 

 

Harga BBM Naik Picu Inflasi Maret

Menurut laporan Badan Pusat Statistik kemarin, kenaikan inflasi mencapai 0.2 persen (Month-over-Month) pada bulan Maret 2018. Penyumbang terbesarnya adalah harga BBM naik sebelum dan pada periode tersebut.

"Kenaikan harga Pertamax sebesar Rp300 dan Pertamax Turbo di akhir Februari masih terasa dampaknya di Maret 2018, ditambah kenaikan harga Pertalite Rp200 di pertengahan Maret 2018," ungkap Kepala BPS Suhariyanto, dalam jumpa pers di Jakarta.

 

 

Dalam basis tahunan, laju inflasi meningkat ke 3.4% (Year-on-Year); lebih tinggi dibanding 3.18% pada periode Februari, maupun angka estimasi awal yang dipatok pada 3.32%. Namun demikian, laju inflasi tersebut masih dalam kisaran target inflasi 3.5% (plus-minus 1%) yang dipatok oleh Bank Indonesia untuk tahun 2018.

"Inflasi yang stabil direspon positif pelaku pasar, sehingga pelemahan Rupiah cenderung terbatas," kata Reza Priyambada, analisa Binaartha Sekuritas, sebagaimana dikutip oleh Antaranews.

 

Perang Dagang Dan Suku Bunga AS

Sejumlah faktor eksternal juga masih mempengaruhi kurs Rupiah. Isu perang dagang antara Amerika Serikat dan China kembali mencuat setelah Beijing mengumumkan bea impor balasan atas tindakan Washington mengatrol bea impor logam. Situasi tersebut cenderung negatif bagi Amerika Serikat, sehingga menekan kurs Dolar AS.

Meskipun demikian, mata uang-mata uang negara berkembang cenderung lemah karena terimbas oleh aliran dana keluar (capital outflow) sehubungan dengan rencana kenaikan suku bunga AS secara bertahap dalam bulan-bulan mendatang. Oleh karenanya, pelemahan Dolar AS tidak lantas ditanggapi dengan penguatan drastis mata uang negara berkembang, termasuk Rupiah.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE