Menu

Harga Emas Kuat Di Kisaran 1520, Ditopang Isu Resesi Dan Perang Dagang

Nadia Sabila

Harga emas masih kuat terdukung oleh kekhawatiran pasar akan inversi yield obligasi AS dan ketidakpastian perang dagang AS-China.

Seputarforex.com - Harga emas diperdagangkan di level tinggi satu pekan. Pada sesi perdagangan Jumat (16/Agustus) pagi ini, XAU/USD diperdagangkan di 1,520.33, masih di level tinggi tujuh hari meskipun sedikit terkoreksi 0.18 persen dari posisi sebelumnya. Sementara itu, harga emas spot naik 0.2 persen ke $1,525.21 per ons pada pukul 08:05 WIB, dengan total kenaikan hampir dua persen dalam sepekan ini. Harga emas futures di NYMEX naik 0.3 persen ke 1,535.50 per ons untuk pengiriman bulan Desember.

"Kami perkirakan harga emas akan naik ke $1,580-$1,600 sepanjang sisa tahun ini, sebab risiko-risiko akan terus meningkat," demikian catatan prediksi tim analis UBS.

 

Apiknya Retail Sales AS Tak Direspon Yield Obligasi

Data Retail Sales AS untuk bulan Juli yang dilaporkan naik kemarin malam (15/Agustus), rupanya tak banyak berpengaruh pada reli penurunan yield obligasi AS. Untuk obligasi tempo 30-tahunan, yield masih berkubang di level terendah, bahkan sedang berada dalam jalur penurunan 27 basis poin di minggu ini. Penurunan obligasi ini juga menjadi yang paling drastis sejak pertengahan tahun 2012.

Pasar mengkhawatirkan pelemahan yield obligasi jangka panjang, karena levelnya saat ini telah membentuk inversi jika dibandingkan dengan yield obligasi jangka pendek. Ini merupakan salah satu sinyal resesi ekonomi yang diyakini akurat, karena sudah terbukti dalam beberapa dekade terakhir.

 

China Tanggapi Dingin Penundaan Kenaikan Tarif

Katalis kedua yang mendukung harga emas adalah isu perang dagang AS-China. Setelah USTR mengumumkan penundaan tarif pada sejumlah barang impor China hingga pertengahan Desember, China tak memberikan balasan yang sama meski bersedia melanjutkan negosiasi kembali.

Menurut penasihat ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow, penundaan kenaikan tarif ini bukanlah sebuah quid pro quo . Artinya, China memang tidak memiliki keharusan untuk memberikan kelonggaran serupa. Kendati demikian, Presiden Donald Trump optimis jika China masih ingin membuat sebuah kesepakatan sehingga konflik perdagangan ini tidak perlu berlarut-larut.

"Secara keseluruhan, ketidakpastian perdagangan terbilang tinggi. Kami mengekspektasikan, dalam beberapa pekan atau bulan ke depan, kebijakan dari bank sentral akan segera diluncurkan untuk menanggulangi resesi," kata Norbert Ruecker, pakar ekonomi dari Julius Baer.


Berita Emas Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE