Menu

Harga Minyak Kembali Merosot Setelah Devaluasi Yuan

M Septian

Harga minyak mentah kembali merosot setelah pada sesi sebelumnya sempat mengalami kenaikan, seiring devaluasi mata uang China. Bank Sentral China melakukan devaluasi mata uang Yuan sebesar 1.9%.

Harga minyak mentah kembali merosot setelah pada sesi sebelumnya sempat mengalami kenaikan, seiring devaluasi mata uang China. Bank Sentral China melakukan devaluasi mata uang Yuan sebesar 1.9%, yang merupakan rekor penurunan terendah sepanjang sejarah. Menyebabkan nilai tukar Yuan melemah hingga 1.2% terhadap Dollar AS.

Senin (10/08) lalu harga minyak dunia naik sekitar 4 persen menjauhi level terendah Januari silam karena para spekulan meningkatkan posisi long netto mereka, namun kemudian merosot lagi pada hari ini. Harga minyak Brent turun 23 sen menuju USD 50.18 per barrel dan WTI juga mencapai USD 44.64 terkoreksi 32 sen pada siang ini.

Seperti dikutip dari CNBC, Energy Aspect menyampaikan bahwa, "Harga minyak mentah global tetap akan di bawah tekanan, disebabkan oleh aksi jual di Asia yang berdampak pada harga minyak produksi Timur Tengah Asia, dan Samudra Atlantik". Rendahnya harga minyak secara umum mengikuti menurunnya tingkat keseimbangan penawaran dan permintaan, sebagai hasil dari banyaknya output dari produsen utama minyak mentah seperti OPEC, Rusia dan Amerika Serikat sedangkan jumlah permintaan sedang melambat.

China sebagai negara ekonomi terbesar kedua dunia sekaligus konsumen minyak utama, pada Juli lalu mengalami penurunan ekspor 8.3%. Penurunan ekspor tersebut merupakan yang terburukselama empat bulan terakhir, mengancam perkiraan persentase pertumbuhan ekonomi mereka untuk tahun ini. Sesuai penuturan People's Bank of China (PBOC), devaluasi Yuan ini hanya sebagai kebijakan penyesuaian. PBOC menegaskan akan berupaya memperkuat perannya di pasar untuk memperbaiki nilai tukar mata uang. PBOC juga berusaha mempertahankan Yuan pada level yang masuk akal.

Menurunnya harga minyak dunia ini juga masih dipengaruhi oleh suplai dari AS yang melimpah. Menurut kelompok riset industri Baker Hughes (NYSE: BHI), jumlah sumur pengeboran minyak di AS meningkat menjadi 670 pekan lalu. Masih ada sekitar 60% sumur yang masih bekerja sejak Oktober silam, meskipun jumlah permintaan telah berkurang.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE