Menu

Harga Minyak Kian Kisut Ditekan Sentimen Bearish

A Muttaqiena

Minyak mentah berjangka Brent terus menurun dalam lima sesi perdagangan terakhir dan kini berada 13.5% lebih rendah dari puncak tertingginya di pertengahan Oktober.

Seputarforex.com - Harga minyak berusaha beranjak di sesi perdagangan Jumat pagi ini (4/November), cenderung stabil setelah merosot lima hari berturut-turut akibat terpaan sentimen negatif yang masih berlangsung hingga kini. Minyak mentah Brent diperdagangkan pada $46.50 per barel, naik tipis 0.3% dari harga penutupan sebelumnya. Sementara minyak mentah WTI merangkak 0.4% ke harga $44.83 per barel.

 

Risiko Tinggi, Pemain Pasar Ramai-Ramai Likuidasi

Meski harga minyak nampak sedikit meningkat, tetapi para trader yang diwawancarai Reuters menyatakan bahwa sentimen pasar jelas Bearish. Minyak mentah berjangka Brent terus menurun dalam lima sesi perdagangan terakhir dan kini berada 13.5% lebih rendah dari puncak tertingginya di pertengahan Oktober. Penyebab dari sentimen ini adalah para trader yang menarik dana-dananya dari minyak mentah berjangka menjelang pemilu presiden AS yang dipandang sebagai risiko tinggi bagi pasar global.

Jefrrey Halley, analis pasar senior di OANDA Singapura, mengatakan, "Saya mengira penggerak utama adalah risiko yang meluap menjelang pemilu minggu depan dan kelanjutan dari likuidasi posisi long."

 

Fundamental Lemah, Oversupply Berlanjut

Selain kerisauan akan hasil pemilu presiden AS mendatang, para trader pun menilai fundamental pasar minyak lemah, dengan persediaan minyak mentah AS meninggu, pertumbuhan permintaan menurun, dan merebaknya keraguan mengenai apakah negara-negara OPEC dan Non-OPEC akan bisa sepakat memangkas produksi akhir bulan ini.

Kenaikan persediaan minyak mentah AS sebelumnya dilaporkan oleh American Petroleum Institute (API), tetapi kemudian divalidasi oleh data resmi yang dirilis oleh Energy Information Administration (EIA). EIA yang merupakan bagian dari Departemen Energi AS mengumumkan bahwa persediaan minyak melonjak lebih dari 14 juta barel, sekaligus mencatat kenaikan inventori terbesar sejak lembaga ini mulai mengumpulkan data di tahun 1982. Hal ini menggarisbawahi kenyataan bahwa oversupply di pasar minyak global masih jauh dari usai.

Sementara produksi minyak tetap di rekor tinggi, bank multinasional Barclays menyatakan bahwa pertumbuhan permintaan amat lesu. "Laju pertumbuhan permintaan di Kuartal III/2016 adalah kurang dari sepertiga (laju pertumbuhan permintaan) kuartal yang sama tahun lalu," demikian disampaikan Barclays dalam nota untuk klien-kliennya.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE