Menu

Harga Minyak Melonjak Berkat Prospek Pengurangan Output OPEC

Pandawa

Harga minyak menguat signifikan setelah Arab Saudi kembali menyampaikan komitmen untuk melakukan pengurangan produksi jika kesepakatan nuklir Iran tercapai.

Seputarforex - Harga minyak melesat lebih dari empat persen pada perdagangan awal pekan karena mencuatnya kembali prospek pemangkasan produksi OPEC dalam waktu dekat. Minyak Brent melonjak 3.81 persen hingga $104.36 dan saat ini diperdagangkan di sekitar $103.88. Sementara itu, minyak WTI meroket 4.17 persen hingga $97.48 dan saat ini bergerak di $97.21 per barel.

Lonjakan harga minyak tidak terlepas dari manuver Arab Saudi yang pada akhir pekan lalu kembali menegaskan komitmen untuk mengurangi produksi. Produsen terbesar OPEC tersebut mengantisipasi jika Iran mencapai kesepakatan nuklir dengan pihak Barat.

"Harga minyak menguat signifikan di awal pekan saat pelaku pasar tengah berekspektasi tinggi terhadap upaya pengurangan output OPEC dan sekutunya... ini dilakukan untuk mengembalikan keseimbangan pasar di tengah meningkatnya kembali prospek kesepakatan nuklir Iran," kata Sugandha Sachdeva, wakil presiden riset komoditas di Religare Broking.

Sachdeva juga menambahkan bahwa anggota Badan Energi Internasional kemungkinan besar akan melepaskan cadangan minyak starategis jika dirasa perlu, terutama apabila rencana pengurangan output OPEC benar-benar terealisasi.

 

Berjuang Melawan Dominasi Dolar

Sayangnya, reli harga minyak kemarin dibatasi oleh penguatan Dolar AS yang didukung oleh pernyataan hawkish Ketua The Fed. Akhir pekan lalu, Jerome Powell mengatakan bahwa laju kenaikan suku bunga tidak akan kendur meskipun muncul tanda-tanda bahwa perekonomian AS tengah melambat.

Meskipun begitu, sejumlah analis meyakini jika harga minyak tidak akan merosot tajam akibat bullish Dolar AS. "Posisi Dolar AS yang kokoh menahan harga minyak untuk menguat lebih jauh, namun masalah kekurangan pasokan di pasar energi dunia diperkirakan masih akan mendukung bias bullish minyak," ungkap Tina Teng dari CMC.

Optimisme Tina Teng bukan tanpa alasan. Krisis energi Eropa yang tidak kunjung selesai, ditambah dengan kerusuhan yang terjadi di Libya belum lama ini, memicu kekhawatiran bahwa produksi minyak akan terganggu dan membuat pasokan minyak semakin ketat.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE