Menu

Harga Minyak Melonjak Karena Rencana Pemangkasan Output Lebih Lanjut

Pandawa

Harga minyak naik pesat, didukung oleh rencana anggota OPEC untuk memperpanjang pengurangan output antara enam hingga sembilan bulan ke depan.

Harga minyak naik lebih dari $1 per barel pada pembukaan sesi perdagangan hari Senin (01/Juli), setelah Arab Saudi, Rusia, dan Irak mendukung perpanjangan pemangkasan output minyak untuk (setidaknya) enam hingga sembilan bulan mendatang. Harga minyak Brent menyentuh level $66.03 per barel atau naik 1.7 persen. Sementara itu, harga minyak WTI (West Texas Intermediate) pagi ini diperdagangkan pada kisaran $59.64 per barel, naik sebanyak $1.5 per barel dari level harga penutupan minggu lalu.

 

Masih Dibayangi Perlambatan Ekonomi Dan Perang Dagang

Pada hari Minggu (30/Juni), presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa ia telah setuju dengan Arab Saudi dalam upaya melanjutkan penurunan produksi sebesar 1.2 juta barel per hari (bph), selama enam hingga sembilan bulan ke depan. Sementara itu, Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih mengatakan bahwa langkah pengurangan produksi kemungkinan besar akan diperpanjang hingga sembilan bulan ke depan, dan tidak ada lagi pengurangan lebih lanjut selama periode tersebut.

Langkah untuk tetap mengurangi pasokan hingga akhir 2019 tampaknya akan diresmikan pada pertemuan OPEC Plus pada 1-2 Juli mendatang. Selain untuk mengimbangi lonjakan output minyak AS, keputusan ini juga dipertimbangkan untuk mengantisipasi pelemahan ekonomi global

"Meskipun (rencana) ini masih perlu diratifikasi oleh anggota lain dari OPEC Plus, tampaknya langkah perpanjangan pengurangan output akan mendukung kenaikan harga minyak," kata seorang analis ANZ dalam sebuah catatan.

Perlu diketahui bahwa harga minyak terus mendapat terkanan dalam beberapa minggu terakhir, terutama setelah kegagalan proses pembicaraan dagang AS-China di awal Mei lalu. Meski pada akhirnya presiden Trump dan presiden Xi sepakat untuk kembali melanjutkan pembicaraan dagang di sela KTT G20 Osaka akhir pekan lalu, lonjakan output minyak mentah AS yang mencapai 12.16 juta bph nyatanya masih membebani harga minyak.

"Sampai rincian (pembicaraan dagang AS-China) lebih lanjut muncul, kami kembali ke titik awal. Namun, kami melihat jalan menuju penyelesaian konflik dagang terasa berat karena China menuntut perlakukan yang setara, sedangkan AS mendorong perlindungan kekayaan intelektual," kata Alfonso Esparza, analis pasar senior Oanda di Toronto.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE