Menu

Harga Minyak Naik Di Tengah Badai Teluk Meksiko

Pandawa

Harga minyak berpotensi melanjutkan reli karena berkurangnya produksi kilang minyak AS di teluk Meksiko yang diterjang badai tropis.

Harga minyak berupaya bertahan di level tinggi pada awal perdagangan hari Jumat (12/Juli). Pada saat berita ini ditulis, harga minyak Brent berada di kisaran $66.78 per barel, berupaya mempertahankan trend kenaikan yang sudah berlangsung dalam beberapa hari terakhir. Bahkan pada sesi sebelumnya, minyak Brent sempat menyentuh $67.46 yang merupakan kisaran tertinggi sejak akhir Mei. Sementara itu, minyak WTI (West Texas Intermediate) diperdagangkan pada level $60.62 per barel, atau naik 0.29 persen dari harga Open harian.

 

Badai Tropis Hambat Produksi Minyak AS

Pada hari Kamis (11/Juli), perusahaan AS yang beroperasi di teluk Meksiko memangkas output mereka lebih dari 50 persen, atau sekitar 1 juta barel per hari (bph), karena badai tropis Barry. Perusahaan minyak AS tentu saja tidak ingin ambil risiko, mengingat badai tersebut termasuk kategori satu dengan kecepatan angin mencapai 119 km per jam.

"Minyak mentah Brent memperpanjang kenaikannya saat badai di teluk Meksiko menghentikan produksi minyak, dan persediaan minyak AS terus menyusut lebih dari yang diharapkan," kata ANZ Bank dalam sebuah catatan.

Sebagai informasi, persedian minyak mentah AS terus mengalami penurunan dalam beberapa minggu terakhir. Bahkan stok minyak AS turun hingga 9.5 juta barel pada pekan yang berakhir hingga 5 Juli lalu. Lembaga Energy Information Administration (EIA) mencatat, penurunan itu jauh lebih buruk dibandingkan ekspektasi pasar sebelumnya.

 

Ketegangan Timur Tengah Berlanjut

Selain pengaruh badai, ketegangan Timur Tengah yang masih jauh dari kata selesai juga berpotensi mendukung kenaikan harga minyak. Kabar terbaru dari topik ini melaporkan upaya Iran yang diduga menghadang kapal tanker Inggris di teluk Hormuz. Kejadian itu langsung meningkatkan kembali ketegangan di kawasan Timur Tengah, terutama setelah Iran menembak jatuh drone milik AS beberapa waktu lalu.

"Melihat kondisi di Timur Tengah, (maka) tidak tertutup kemungkinan ada skenario konflik militer di kawasan tersebut. Masalah keamanan membuat biaya pengiriman minyak jadi semakin mahal dan menghambat distribusi minyak mentah," kata Edward Moya, analis pasar senior OANDA di New York.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE