Menu

Harga Minyak Naik Ditopang Turunnya Prospek Pasokan

Pandawa

Meski naik tipis di awal pekan, harga minyak sejatinya masih sangat rentan karena kekhawatiran munculnya gelombang kedua COVID-19.

Seputarforex - Harga minyak menguat terbatas pada perdagangan awal pekan (22/Juni), menyusul keputusan OPEC+ untuk memperpanjang pemotongan output hingga akhir Juli. Pada saat berita ini diturunkan, harga minyak Brent berada di kisaran $41.69 per barel, menguat 1.17 persen dari harga Open harian. Kenaikan serupa juga dialami oleh harga minyak WTI (West Texas Intermediate) yang saat ini berada di kisaran $38.59 per barel.

Secara umum, baik minyak Brent maupun WTI sama-sama berada di level yang lebih tinggi dibandingkan posisi penutupan sesi akhir pekan lalu. Ini mencerminkan pergerakan bullish yang masih bertahan setelah harga minyak membentuk reli kenaikan di sepanjang minggu sebelumnya.

 

Negara-Negara Produsen Kompak Dukung Pengetatan Pasokan

Reli harga minyak yang cukup positif dalam beberapa waktu terakhir sebenarnya telah diantisipasi oleh pelaku pasar. Pasalnya, keputusan OPEC+ untuk memperpanjang pemangkasan output harian sebesar 9.7 juta barel atau 10 persen dari kebutuhan harian global dapat mencegah limpahan pasokan minyak. Di samping itu, beberapa negara anggota seperti Irak dan Kazakhstan berjanji untuk lebih mematuhi pemotongan produksi minyak.

Jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi di kawasan Amerika Serikat dan Kanada juga dilaporkan turun ke rekor terendah, sehingga mendukung pengetatan suplai minyak yang diupayakan oleh negara-negara OPEC+.

 

Masih Dibayangi Outlook Pelemahan Ekonomi

Sayang, reli bullish harga minyak sepertinya akan menghadapi jalan terjal dalam beberapa waktu ke depan. Laporan terbaru dari WHO menyebut bahwa jumlah penderita COVID-19 secara global kembali naik. Lonjakan infeksi baru terjadi di Beijing dan Victoria (negara bagian Australia), sehingga mendorong pihak berwenang setempat untuk kembali melakukan pembatasan sosial guna mencegah terjadinya gelombang kedua.

Hal ini disinyalir akan kembali memperburuk outlook pemulihan ekonomi global. "Potensi kerusakan ekonomi global yang disebabkan oleh gelombang kedua pandemi COVID-19 kemungkinan akan menghambat antusiasme investor komoditas seperti minyak," kata Michael McCarthy, kepala strategi pasar CMC Markets.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE