Menu

Harga Minyak Naik Setelah OPEC Berniat Pertahankan Output Cut

Pandawa

Kenaikan harga minyak disebabkan oleh rencana OPEC untuk mempertahankan pengurangan produksi, di samping konflik Timur Tengah dan pengurangan rig di AS.

Harga minyak naik ke level tertinggi beberapa minggu pada perdagangan hari Senin (20/Mei), setelah OPEC mengindikasikan akan mempertahankan penurunan produksi (Output Cut) yang selama beberapa bulan terakhir telah mendongkrak harga emas hitam dari level terendah Oktober tahun lalu, hingga berada di atas $70 per barrel pada bulan Mei 2019.

Pada pukul 10:19 WIB, minyak mentah Brent diperdagangkan pada kisaran $72.60 per barel, menguat 0.41 persen dari harga pembukaan harian. Di samping itu, minyak Brent saat ini juga bergerak mendekati level tertinggi Mei, setelah di awal bulan mengalami penurunan cukup signifikan hingga menyentuh kisaran $68.53 per barel. Sementara itu, minyak WTI (West Texas Intermediate) diperdagangkan pada level $63.80, menguat 1.03 persen dari harga pembukaan di chart Daily.

 

Rencana OPEC Untuk Mempertahankan Output Cut

Menteri Energi Arab Saudi, Khalid al-Falih, mengatakan bahwa ada konsesi di antara anggota OPEC bersama mitra seperti Rusia untuk kembali memangkas produksi secara perlahan-lahan, tapi tetap responsif terhadap kebutuhan pasar yang dinilai rapuh.

"Paruh kedua tahun ini, preferensi kami adalah untuk mempertahankan manajemen produksi agar pasokan menurun secara bertahap, perlahan tetapi tentu saja menurun ke level normal," kata al-Falih dalam konferensi pers usai pertemuan antara anggota OPEC dan negara produsen minyak lainnya.

Sebelumnya, pendapat berbeda dilontarkan oleh Menteri Energi Uni Emirat Arab (UEA), Suhail al-Mazrouei. Ia mengutarakan bahwa produsen mampu mengisi setiap celah pasar dan rencana pengurangan pasokan secara perlahan dinilai bukanlah keputusan tepat.

 

Harga Minyak Turut Ditopang Konflik Di Timur Tengah Dan Pemangkasan Rig AS

Perlu diketahui, harga minyak berhasil menjaga trend bullish dalam beberapa minggu terakhir karena gejolak geopolitik di Timur Tengah. Yang terbaru, Presiden Donald Trump mencuit bahwa konflik ini akan menjadi akhir negara Iran. Ancaman AS tersebut juga mendapat dukungan dari Arab Saudi yang mengatakan siap mengerahkan semua kekuatan dalam menghadapi Iran.

Katalis bullish untuk harga minyak lainnya datang dari laporan pengeboran minyak AS yang tercatat menurun untuk minggu kedua, setelah perusahaan-perusahaan energi AS memangkas jumlah rig ke level terendah sejak Maret 2018. "Hitungan rig, indikator awal untuk output masa mendatang, turun sebanyak 3 rig menjadi 802 rig," kata Baker Hughes dari General Electric Co di akhir pekan lalu.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE