Menu

Harga Minyak Tergelincir Pasca Naiknya Ekspor BBM China

A Muttaqiena

Pernyataan analis yang meragukan kemampuan negara-negara produsen untuk mengendalikan surplus mulai membebani pasar, sementara ekspor diesel dan gasolin China dilaporkan melonjak pesat.

Harga minyak bergerak menurun pada awal perdagangan hari Senin ini (22/8). Pernyataan analis yang meragukan kemampuan negara-negara produsen untuk mengendalikan surplus mulai membebani pasar, sementara ekspor diesel dan gasolin China dilaporkan melonjak pesat.

Saat berita ini ditulis, harga minyak Brent telah menurun lebih dari 1 persen ke $50.11 per barel, sedangkan minyak WTI cenderung lebih stabil di kisaran $48.59.

Ekspor produk bahan bakar minyak hasil pengilangan dari China pada bulan Juli dilaporkan meningkat dengan pengiriman diesel melonjak 181.8% dan gasolin 145.2% secara year-on-year, masing-masing ke angka 1.53 juta ton dan 970,000 ton. Hal ini dianggap sebagai indikasi baru tentang melimpahnya surplus minyak di pasaran.

Sementara itu, para analis terus mengutarakan keraguan mereka tentang reli harga minyak sejak awal bulan Agustus ini dengan menyatakan bahwa ini hanyalah buah dari langkah short-covering oleh spekulan dan antisipasi yang rapuh menjelang diskusi informal OPEC bulan depan dengan agenda membicarakan upaya stabilisasi pasar.

 

Harga Minyak Akan Turun Lagi?

Analis dari bank multinasional Morgan Stanley mengungkapkan, "Data posisi (trading minyak) nampaknya mengkonfirmasi pandangan kami bahwa memantulnya harga minyak baru-baru ini lebih (karena faktor) teknikal dan penempatan posisi (trading) daripada fundamental. Faktanya, pembeli (minyak) baru kebanyakan absen dalam beberapa bulan terakhir."

Terkait dengan diskusi para produsen minyak bulan depan pun, pakar di salah satu bank terbesar di dunia tersebut berpendapat bahwa persetujuan "sangat tak mungkin" tercapai karena ada terlalu banyak tantangan untuk diraihnya suatu kesepakatan yang signifikan.

Senada dengan itu, bank multinasional Barclays pun berpendapat, "Meskipun produksi Iran kini hanya kurang sekitar 200,000 bph dari level produksinya sebelum puncak penerapan sanksi (nuklir) di Mei 2011, kami tak memperkirakan mereka akan mau outputnya dikekang, dan tanpa masuknya Iran (dalam kesepakatan), Arab Saudi takkan ambil bagian."

Hasilnya, menurut Barclays, reli sepanjang Agustus ini rapuh dan harga minyak tak bisa dipertahankan di atas $50 per barel, "Harga minyak kemungkinan akan mengalami penurunan jangka pendek lagi dalam beberapa pekan mendatang, dalam pandangan kami, sebelum bergerak secara lebih berkelanjutan ke rata-rata $50 di kuartal 4."


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE