Menu

Harga Minyak Turun Drastis Ke USD74, Supply Masih Jadi Perkara

A Muttaqiena

Harga minyak turun karena kekhawatiran mengenai gangguan-gangguan supply di Iran dan Libya telah sirna. Meski demikian, OPEC dan Amerika Serikat masih disorot.

Seputarforex.com - Harga minyak terperosok kembali pada perdagangan minggu lalu, setelah sepekan sebelumnya melesat ke level tertinggi historis. Sejumlah masalah yang sempat dikhawatirkan akan mengganggu stabilitas supply minyak dunia telah terselesaikan, sehingga Brent merosot sekitar 3% ke USD74.82 dan WTI anjlok lebih dari 4% ke USD70.49 pada akhir pekan.

Ketika berita ditulis pada hari Senin (16/Juli), Brent hanya naik tipis 0.08% ke USD74.88 per barel dalam perdagangan intraday, sedangkan WTI menanjak 0.16% ke USD70.60 per barel. Prospek pasokan minyak mentah global menjadi topik yang paling banyak diperbincangkan di pasar saat ini.

 

Kekhawatiran Soal Iran Dan Libya Sirna

Sebelumnya, harga minyak melesat ke level tertinggi sejak akhir tahun 2014 karena Amerika Serikat memperketat penerapan sanksi atas Iran dan terjadi kendala internal di Libya. Namun, pekan lalu, pangkalan di timur Libya kembali beroperasi, memungkinkan minyak mentah sebanyak 850,000 bph untuk masuk ke pasar internasional lagi. Selain itu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyatakan Washington akan memperboleh beberapa pihak tertentu untuk tetap membeli minyak Iran.

"Harga minyak turun karena kekhawatiran mengenai gangguan-gangguan supply telah sirna. Kabar bahwa perusahaan minyak negara Libya kembali mengoperasikan sebuah ladang minyak penting yang sebelumnya memicu aksi jual," ungkap ANZ Bank dalam sebuah catatan yang dikutip oleh Reuters.

Prospek kenaikan output dari negara-negara OPEC turut menjadi perhatian pasar, setelah output Arab Saudi meningkat ke level tertinggi sejak 2016. Menteri Energi Rusia, Alexander Novak, juga menyampaikan bahwa Rusia bersama negara-negara produsen terbesar lainnya siap menggenjot output lebih lanjut apabila pasar kekurangan pasokan.

 

Rentan Gangguan?

Faktor-faktor tersebut menghapuskan kekhawatiran pasar akan merosotnya persediaan pasokan minyak. Namun, lembaga International Energy Agency (IEA) memperingatkan bahwa kapasitas produksi dunia hanya memiliki sedikit cadangan yang belum digunakan, sehingga gangguan-gangguan baru dapat mendongkrak harga minyak lagi. Meskipun begitu, organisasi afiliasi OECD yang berpusat di Paris itu mengekspektasikan permintaan (demand) akan minyak mentah di semester kedua tahun ini bakal lebih lemah dibanding perkiraan sebelumnya.

Di sisi lain, laporan Baker Hughes mengenai jumlah oil drilling rigs di Amerika Serikat menunjukkan angka tetap 863 pada akhir periode sepekan yang berakhir tanggal 13 Juli. Akan tetapi, sebuah laporan dari Bloomberg menyebutkan bahwa Presiden Donald Trump tengah mempertimbangkan untuk menggali cadangan minyak nasional sebesar sekitar 660 juta barel; hal mana dapat meningkatkan supply global lebih lanjut.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE