Menu

Harga Minyak Turun Meski Rusia Berencana Potong Produksi

Pandawa

Rencana pemotongan produksi Rusia bulan depan sejatinya sudah diperhitungkan pasar, sehingga harga minyak melemah di kisaran 85 Dolar untuk jenis Brent.

Seputarforex - Harga minyak mentah bergerak melemah pada perdagangan awal pekan (13/Februari). Pada saat berita ini diturunkan, harga minyak Brent turun 0.94 persen pada kisaran $85.57 per barel, sementara minyak WTI merosot hingga 1.02 persen pada level $78.93 per barel.


Akhir pekan lalu, Rusia mengumumkan rencana pemotongan produksi minyak sebesar 500,000 barel per hari (bph) yang mulai diterapkan bulan depan. Pengumuman ini cukup menyita perhatian pelaku pasar mengingat posisi Rusia sebagai produsen minyak terbesar ketiga di dunia.

Selain itu, langkah Rusia untuk membatasi produksi minyak merupakan bentuk balasan terhadap sanksi negara Barat yang membatasi ekspor minyaknya hingga awal 2023, sehingga hal ini menggarisbawahi konflik geopolitik yang terus bergejolak.

Akan tetapi, reli harga minyak yang sempat terjadi akhir pekan lalu tidak bertahan lama. Minyak justru cenderung melemah saat ini karena kemungkinan tersebut sudah sepenuhnya diperhitungkan sejak beberapa waktu lalu.

"Pelemahan harga minyak seperti yang kita lihat hari ini mencerminkan bahwa pelaku pasar mulai menyadari rencana pemangkasan produksi Rusia sebenarnya sudah diperhitungkan sebelumnya" kata analis komoditas ING, Warren Patterson.

Pendapat senada juga dikemukakan oleh Stefano Grasso, Manager Portfolio 8VantEdge di Singapura. Menurut Grasso, pemotongan produksi sebesar 500,000 bph akan membawa Rusia kembali sejalan dengan kebijakan OPEC+. Lagipula, Rusia selama ini telah mengekspor minyak mentah secara berlebihan dan melewati kuota yang ditetapkan OPEC. Dengan demikian, rencana pengurangan output Rusia ini tidak begitu berpengaruh dari sisi pasokan minyak dunia.

Perhatian pasar kini lebih tertuju pada kabar pemeliharan pipa di sejumlah kilang minyak Asia dan Amerika Serikat. Selain itu, permintaan minyak dari Asia (terutama China) dan manuver OPEC terkait kebijakan produksinya menjadi katalis yang lebih diperhatikan oleh pelaku pasar.

Sebagian pakar memperkirakan harga minyak berpeluang kembali ke kisaran $100 per barel tahun ini apabila terjadi kenaikan signifikan dari China. Optimisme tersebut berakar dari bukti-bukti pemulihan ekonomi China setelah lepas dari pandemi.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE