Menu

IEA: Permintaan Minyak Akan Naik Hingga 100 Juta Bph

A Muttaqiena

Harga minyak di perdagangan sesi Asia hari ini tetap bergeming pasca rilis laporan bulanan International Energy Agency (IEA), sebuah lembaga internasional bidang energi.

Seputarforex.com - Harga minyak di perdagangan sesi Asia hari Selasa pagi ini (7/3) tetap bergeming pasca rilis laporan bulanan International Energy Agency (IEA), sebuah lembaga internasional bidang energi yang berpusat di Paris, Perancis. Namun demikian, laporan mengungkap beberapa proyeksi yang menjadi sorotan pelaku pasar.

 

 

Dalam laporan tersebut, IEA memperkirakan output minyak shale AS akan tumbuh dalam laju sekitar 1.4 juta barel per hari (bph) pada tahun 2022. Kenaikan produksi shale itu, menurut EIA, akan tetap terjadi meski harga bertahan di kisaran $60 per barel. Sedangkan bila harga minyak naik ke $80 per barel, maka produksi shale bisa melesat ke 3 juta bph di tahun 2022.

Proyeksi lima tahunan IEA itu kian meningkatkan kekhawatiran kalau-kalau kenaikan produksi shale AS bakal mementahkan upaya pemangkasan output yang tengah digalakkan OPEC dan negara produsen lainnya. Sebagaimana diketahui, tahun lalu disepakati pemangkasan output dan kuota masing-masing negara untuk periode Januari hingga Juni 2017, dengan kemungkinan perpanjangan sedianya diperbincangkan di kemudian hari. Namun, negara-negara yang terlibat dalam kesepakatan itu, kini menolak untuk mendiskusikan kemungkinan perpanjangan masa kuota.

Setelah petinggi Rusia minggu lalu menyatakan terlalu dini untuk mendiskusikan perpanjangan, pada hari Senin giliran Menteri Perminyakan Irak menyampaikan pandangan senada. Jabbar Al-Luaibi mengatakan pada Reuters dalam sebuah konferensi energi di Houston, AS, "(Perpanjangan kesepakatan) akan tergantung pada harga minyak dan stabilitas pasar. Jika OPEC memutuskan akan memangkas, maka Irak akan memangkas (pula)."

Akan tetapi, dalam laporan IEA juga disebutkan bahwa permintaan minyak masih akan terus meningkat; di saat yang sama dengan ketika banyak pihak menilai maraknya penggunaan energi terbarukan di negara-negara maju bakal mengurangi demand. Perkiraan IEA menunjukkan kemungkinan kenaikan permintaan global hingga melampaui level 100 juta bph pada tahun 2019 dan menyentuh 104 juta bph di tahun 2022, semata-mata dengan didorong oleh demand dari negara-negara berkembang.

Menyusul rilis laporan ini, kontrak minyak mentah berjangka Brent ditutup pada harga $56.01 per barel pada perdagangan Senin malam, sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) pagi ini diperdagangkan di kisaran $53.18 per barel. Kedua harga minyak acuan internasional tersebut masih berada dalam range terbatas yang dihuni sejak awal tahun ini.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE