Menu

Impor China Naik Dan Saudi Ganti Menteri, Minyak Kembali Menanjak

A Muttaqiena

Harga minyak mentah terpantau naik di awal sesi perdagangan Asia hari ini (5/9). Para pelaku pasar berfokus pada laporan peningkatan impor minyak mentah oleh China bulan lalu. Sementara itu, Arab Saudi secara tak terduga me-reshuffle menteri perminyakan Ali Al Naimi.

Harga minyak mentah terpantau naik di awal sesi perdagangan Asia hari ini (5/9). Para pelaku pasar berfokus pada laporan peningkatan impor minyak mentah oleh China bulan lalu. Sementara itu, Arab Saudi secara tak terduga me-reshuffle menteri perminyakan Ali Al Naimi yang telah menjabat sejak tahun 1995 di akhir pekan.

Ali Al Naimi (kiri) dan Khalid Al Falih (kanan)

Di New York Mercantile Exchange, harga minyak light sweet untuk pengiriman bulan Juni berada di kisaran $45.54 per barel, atau naik sekitar 88 sen. Brent juga meningkat sekitar 72 sen ke $46 per barel di Intercontinental Exchange London.

 

Permintaan Naik, Produksi Dihalangi Kebakaran Dan Konflik

The Wall Street Journal melaporkan bahwa impor minyak mentah China meningkat sebesar 7.6% YoY bulan lalu, sekaligus mencatat kenaikan bulanan ketiga berturut-turut hingga total impor minyak negeri Tirai Bambu melampaui 30 juta barel. Setiap harinya di bulan April, China menerima kiriman 7.9 juta barel.

Kuatnya aliran minyak mentah asing ke China ditopang oleh peningkatan jumlah pengilangan lokal (dikenal sebagai "teapots") yang telah diizinkan untuk mengimpor minyak mentah secara langsung dari sumber asing sejak setahun lampau.Masih tingginya minat China untuk menimbun minyak memberikan harapan untuk terus menyusutkan luapan persediaan minyak dunia.

Di sisi lain, kebakaran besar tak terkendali di salah satu pusat perminyakan Kanada, tepatnya di wilayah Alberta, telah mengakibatkan sejumlah perusahaan minyak gagal memenuhi kontrak pengiriman hingga akhir bulan Mei. Kebakaran tersebut juga diproyeksi mengakibatkan penurunan produksi minyak Kanada hingga 1 juta bph, atau seperempat dari total produksi harian.

Turut menopang kenaikan harga minyak adalah terhentinya produksi di salah satu platform milik Chevron di lepas pantai Nigeria akibat serangan militan, serta makin sengitnya konflik internal di Libya yang diperkirakan akan membuat ekspor minyak Afrika berkurang dalam jumlah cukup besar.

 

Saudi Rombak Kabinet

Apapun sebabnya, kenaikan tajam harga minyak cukup mengejutkan bagi sebagian analis, karena mereka memperkirakan harga minyak akan terpukul oleh penggantian menteri perminyakan Arab Saudi.

Pada akhir pekan, Saudi secara tak terduga merombak kabinet. Menteri Perminyakan Ali Al Naimi dipecat dan kementriannya dilebur dalam Kementrian Energi, Industri, dan Sumber Daya Mineral. Pimpinan Saudi Aramco (BUMN minyak Saudi yang juga salah satu perusahaan minyak terbesar dunia) Khalid Al Falih ditunjuk untuk menggawangi kementrian baru tersebut.

Beberapa pejabat OPEC yang diwawancarai Wall Street Journal mengatakan bahwa penunjukan tersebut bisa berarti strategi produksi minyak bisa lebih dipolitisasi, sejalan dengan upaya Kerajaan untuk menetralisasi rivalnya, Iran. Sebuah laporan eksklusif Reuters juga menyatakan bahwa Al Falih cenderung menyukai harga minyak murah. Ia dilaporkan pernah mengatakan pada para pengambil kebijakan yang berkumpul di World Economic Forum Davos bahwa rendahnya harga minyak memberi peluang bagi Saudi untuk mengakselerasi penciptaan lapangan kerja dan reformasi ekonomi.

 


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE