Inflasi Inggris Dibawah Ekspektasi, Sterling Berlanjut Melemah |
Pair GBP/USD hari Selasa (14/06) di sesi perdagangan Eropa sore ini terpantau tetap lemah dan diperdagangkan turun terhadap dolar AS setelah adanya rilis data inflasi Inggris. Saat berita ini ditulis, pair GBP/USD tetap diperdagangkan di kisaran level harga rendahnya yaitu 1.415 per dolar AS.
Pair GBP/USD hari Selasa (14/06) di sesi perdagangan Eropa sore ini terpantau tetap lemah dan diperdagangkan turun terhadap dolar AS setelah adanya rilis data inflasi Inggris. Saat berita ini ditulis, pair GBP/USD diperdagangkan di kisaran level harga rendahnya yaitu 1.415 per dolar AS.
Rilis Data CPI Inggris
Tingkat Inflasi antara bulan April dan Mei di negara Inggris tidak berubah dan dibawah ekspektasi jika dibandingkan dengan perkiraan untuk adanya kenaikan tipis. Badan Statistik Inggris (ONS) menyatakan bahwa data CPI bulan Mei secara YoY tetap di level 0.3 persen dengan CPI inti secara YoY juga tetap di 1.2 persen. Sementara itu secara bulanan, CPI Inggris meningkat menjadi 0.2 persen, lebih baik daripada sebelumnya yang hanya sebesar 0.1 persen.
Laporan ONS juga menyebutkan bahwa sejauh ini tingkat inflasi di negara Inggris (kecuali bulan Maret karena ada perayaan paskah) tidak mengalami perubahan sejak awal tahun 2016. Tingkat Inflasi yang tidak menunjukkan kenaikan signifikan tersebut ditengarai takkan membuat BoE terburu-buru akan menaikkan suku bunganya saat ini.
Kecemasan Terhadap Brexit
Sementara itu, saat ini para investor lebih memilih untuk berfokus pada isu terkini terkait dengan Brexit daripada rilis data ekonomi makro Inggris. Oleh sebab itu, Poundsterling tidak bereaksi banyak dengan rilis adanya data ekonomi Inggris dan tetap diperdagangkan di kisaran level harga rendah.
Poling Brexit terakhir oleh YouGov menunjukkan bahwa kubu pro Brexit lebih memimpin daripada kelompok yang kontra terhadap Brexit. Sekitar 46 persen dari mereka yang disurvei menyatakan bahwa mereka ingin Inggris keluar dari Uni Eropa dan hanya 39 persen sisanya memilih Inggris agar tetap menjadi anggota Uni Eropa.
Sementara itu dari sisi dolar AS, pelaku pasar kini sedang mengantisipasi adanya penurunan pada data penjualan retail AS di bulan Mei dan jika prediksi ternyata benar maka dolar AS kemungkinan akan sedikit tertekan.