Menu

Inflasi Inti Jepang Melesat Pasca Kenaikan Pajak, Shirai BOJ Beri Peringatan

SFN

Yen Jepang naik tipis dengan USD/JPY yang turun 0.05% pada Jumat (30/05) pagi ini di tengah beragamnya data ekonomi Jepang paca kenaikan pajak. Meski angka inflasi naik, namun belanja konsumen dan produksi industri menurun. Angka inflasi inti (core CPI) Jepang, termasuk energi, mengalami kenaikan hingga 3.2%.

Yen Jepang naik tipis dengan USD/JPY yang turun 0.05% pada Jumat (30/05) pagi ini di tengah beragamnya data ekonomi Jepang paca kenaikan pajak. Meski angka inflasi naik, namun belanja konsumen dan produksi industri menurun. Angka inflasi inti (core CPI) Jepang, termasuk energi, mengalami kenaikan hingga 3.2%.


Angka tersebut lebih tinggi daripada ekspektasi yang memprediksikan kenaikan sebanyak 2.9%. Sementara itu, angka pengangguran untuk bulan April masih menghuni persentase 3.6%, tak berubah dari bulan Maret dan tetap sejajar dengan ekspektasi.

Belanja rumah tangga menurun drastis sebanyak 4.6% lebih dari ekspektasi yang memperkirakan penurunan 3.2%. Data tersebut merupakan penurunan yang pertama kalinya setelah capaian 7.2% pada bulan Maret. Sementara itu, output indutri Jepang menurun sebanyak 2.5% pada bulan Maret, lebih rendah dari bulan sebelumnya.

Namun, para analis mengatakan bahwa penurunan yang terjadi dalam belanja konsumen merupakan efek yang wajar akibat kenaikan pajak yang mulai diterapkan oleh pemerintah Jepang per 1 April lalu. Para konsumen buru-buru berbelanja sebelum pajak dinaikkan.

Stimulus BOJ Akan Lebih Dari Dua Tahun

Salah satu pejabat BOJ, Sayuri Shirai, mengatakan bahwa stimulus moneter agresif akan terus dilakukan hingga tahun 2015 mendatang. Dengan demikian, pengucuran stimulus BOJ akan lebih lama dari kerangka waktu yang direncanakan oleh BOJ, yaitu dua tahun untuk mencapai target.

Shirai, yang dikenal sebagai sosok yang dovish di antara sembilan pembuat kebijakan penting BOJ, juga memperingatkan bahwa masih ada risiko-risiko yang membayangi outlook ekonomi Jepang. Di antaranya adalah rendahnya ekspor dan menurunnya belanja konsumen lebih drastis dari perkiraan.

Komentar Shirai tersebut terkesan kontras dengan pandangan Haruhiko Kuroda, Presiden BOJ. Kuroda justru memiliki pandangan yang terkesan skeptis terhadap perekonomian Jepang. Bertolak belakang dengan Shirai yang yakin bahwa BOJ akan butuh waktu lebih dari dua tahun, Kuroda justru belum bisa menentukan berapa lama target harga akan tercapai.

Shirai mengatakan bahwa belanja rumah tangga akan menghadapi risiko apabila kenaikan upah pegawai tidak dapat memenuhi hajat hidup mereka seiring dengan inflasi yang naik dan pajak yang akan naik lagi untik kedua kalinya. Menurut Shirai, BOJ harus lebih cermat dalam mempertimbangkan imbas kenaikan pajak terhadap perekonomian.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE