Menu

Inflasi Jepang Lesu, BoJ Hadapi Tekanan

Pandawa

Trend Inflasi Jepang tetap lemah di awal tahun 2020, meski pemerintah sudah melakukan berbagai cara termasuk menaikkan pajak penjualan. BoJ pun menghadapi tekanan.

Seputarforex.com - Pada hari Jumat (21/Februari), Biro Statistik Jepang mempublikasikan data Consumer Price Indeks atau inflasi di tingkat konsumen untuk bulan Januari 2020. Data tersebut tumbuh 0.7 persen saja secara tahunan (YoY), sesuai dengan forecast ekonom. Dibandingkan dengan capaian periode sebelumnya yang 0.8 persen, angka inflasi kali ini tentu saja menunjukkan perlambatan.

Di sisi lain, inflasi inti yang tidak memasukan kategori makanan segar tercatat berada di level 0.8 persen, naik dari level 0.7 persen pada periode sebelumnya. Kenaikan ini dipicu oleh bertambahnya harga bahan bakar minyak setelah OPEC kembali memangkas output produksi pada awal bulan lalu.

Lebih jauh, Inflasi Inti yang tidak menghitung kategori makanan segar dan energi tercatat mengalami penurunan dari 0.9 persen menjadi 0.8 persen. Secara umum, rilis tingkat Inflasi negeri Sakura pagi ini sudah sejalan dengan ekspektasi pasar dan mencerminkan trend inflasi yang masih lemah. Padahal, pemerintah Jepang sudah melakukan berbagai cara untuk menggenjot inflasi, termasuk menaikkan pajak penjualan yang menjadi penyebab penurunan GDP akhir tahun lalu.

 

BoJ Kian Tertekan, Kuroda Belum Ingin Tambah Stimulus

Data inflasi Jepang yang masih jauh dari target Bank Sentral (BoJ) di awal tahun 2020 semakin memberikan tekanan kepada para pembuat kebijakan, termasuk Gubernur BoJ, Haruhiko Kuroda. Dalam pernyataan terbarunya pada hari Jumat pagi ini, Kuroda menyoroti lemahnya inflasi yang diperparah oleh merebaknya virus Corona, sehingga mengancam perekonomian Jepang yang saat ini berada di tepi jurang resesi.

"Ekonomi Jepang saat ini sedang bergulat dengan ketidakpastian akibat wabah virus Corona dan pertumbuhan ekonomi yang berkontraksi. (Namun), Bank Sentral Jepang tidak berminat menambah stimulus moneter yang selama ini sudah begitu masif," ungkap Kuroda.

Meskipun begitu, orang nomor satu BoJ itu akan mempertimbangkan pelonggaran tambahan jika wabah Corona terus mengancam ekonomi dan inflasi Jepang secara signifikan. Mayoritas ekonom merasa skeptis dalam menilai sikap BoJ. Pasalnya, selama ini tidak banyak perubahan yang terjadi pada kondisi fundamental Jepang meski berbagai stimulus telah diluncurkan.

 

Yen Masih Tak Berdaya

Pada saat berita ini ditulis, mata uang Yen berusaha memangkas kerugian besar melawan Dolar AS yang telah diderita dalam dua hari terakhir. Tercatat, Yen melemah sebesar 1.94 persen sejak sesi perdagangan hari Rabu. Pair USD/JPY kini sedikit terkoreksi di level 111.999, tak jauh dari level tertinggi bulan yang tersentuh pada sesi sebelumnya.

Status safe haven yang disandang Yen seolah tidak berlaku melawan Dolar AS di tengah meluasnya wabah Virus Corona. Kokohnya perekonomian AS saat ini mendorong investor meninggalkan Yen dan menyelamatkan portofolio mereka dengan memborong Dolar AS, yang notabene juga dianggap aset safe haven.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE