Menu

Inflasi Konsumen China Naik, Laju PPI Melambat

Pandawa

Inflasi Konsumen China naik didorong oleh solidnya permintaan pasar sepanjang bulan November. Data PPI China sedikit melandai, namun masih bertahan di dekat rekor tertinggi multi tahunan.

Seputarforex - Pada hari Kamis (09/Desember), Biro Statistik Nasional China merilis data Inflasi Konsumen yang meningkat 2.3 persen secara tahunan (Year-over-Year) pada bulan November. Angka ini naik cukup signifikan dari pertumbuhan 1.5 persen pada bulan Oktober, namun sedikit di bawah ekspektasi ekonom yang memprediksi kenaikan 2.5 persen.

Dalam basis bulanan (MoM), CPI China naik 0.4 persen, melambat dibandingkan pertumbuhan 0.7 persen pada periode sebelumnya, tetapi lebih baik dari forecast kenaikan 0.3 persen.

Kenaikan inflasi konsumen China sebagian besar didorong oleh langkah produsen untuk menaikkan harga jual di tengah semakin meningkatnya biaya produksi. Disamping itu, solidnya permintaan pasar domestik jelang akhir tahun ikut mengerek trend inflasi.

Sebagai informasi, kenaikan inflasi konsumen China cenderung melambat dalam beberapa bulan sebelumnya karena dipicu oleh lemahnya permintaan. Terkait hal tersebut, pemerintah China telah menurunkan target CPI tahun ini dari 3.5 persen menjadi 3.0 persen. Namun, trend inflasi konsumen China kini mulai terangkat seiring dengan pulihnya optimisme konsumen jelang akhir tahun.

 

PPI China Masih Stabil

Dalam rilis terpisah, data Inflasi Produsen (PPI) dilaporkan bertengger pada level 12.9 persen secara tahunan, turun dari level 13.5 persen, tapi masih di atas ekspektasi penurunan 12.4 persen.

Melemahnya harga komoditas seperti minyak mentah hingga batubara dalam beberapa minggu terakhir cukup memegang peranan penting dalam penurunan PPI kali ini. Namun, dari sudut pandang yang lebih luas, trend inflasi produsen China masih terbilang sangat tinggi. Hal itu tidak terlepas dari masalah kemacetan rantai pasokan global hingga lonjakan harga komoditas di pasar internasional sejak awal tahun.

Inflasi produsen China yang tergolong tinggi menyisahkan kekhawatiran pasar terhadap stagflasi, yaitu suatu kondisi di mana inflasi tinggi tidak diikuti oleh pertumbuhan ekonomi. Menanggapi hal ini, pemerintah China pada hari Senin lalu mengumumkan telah memangkas reserve requirement ratio perbankan komersial sebesar 0.5 persen dan menyuntikkan likuiditas senilai 1.2 triliun Yuan.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE