Menu

Isu Brexit Goyang Keyakinan Investor Pada GBP

A Muttaqiena

Tim riset dari Nomura dalam hasil penelitian terbarunya meyakini bahwa ketidakpastian terkait kemungkinan keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Britain Exit/Brexit) akan mengungguli divergensi kebijakan moneter sebagai mesin penggerak EUR/GBP tahun ini.

Tim riset dari Nomura dalam hasil penelitian terbarunya meyakini bahwa ketidakpastian terkait kemungkinan keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Britain Exit/Brexit) akan mengungguli divergensi kebijakan moneter sebagai mesin penggerak EUR/GBP tahun ini.

Analis di salah satu bank multinasional top dunia asal Jepang itu menyebutkan penguatan GBP terhadap Euro, seandainya BoE menaikkan suku bunga, kemungkinan akan teredam oleh isu Brexit.

Menurut Nomura, "Selisih suku bunga telah stabil beberapa saat ini, sementara ketidakpastian terkait Brexit sekarang lebih disorot, sebagaimana diindikasikan oleh volatilitas kiasan GBP/USD. Hasilnya, tarik menarik ini agak negatif bagi GBP untuk saat ini, yang mana itu menjelaskan sebagian dari kelemahan GBP, selain juga sentimen risiko global yang buruk. Kami mengestimasikan (imbas) selisih suku bunga melebar sebanyak 25 basis poin bisa ditutupi oleh ketidakpastian Brexit, jika level ketidakpastian saat ini terus berlanjut hingga referendum."

 

Kuartal Tiga, Sterling Risiko Melemah

Nomura memperkirakan referendum akan dilaksanakan pada bulan September; dan jika itu benar terjadi, maka performa GBP pada kuartal tiga tahun ini akan melemah. Apalagi, pounds juga terimbas negatif oleh memburuknya sentimen risiko global, sehingga stabilitas pasar pun dibutuhkan untuk mendukung performa GBP lagi. Menutup catatannya, Nomura menyebutkan, perkembangan ini menunjukkan bahwa apresiasi GBP terhadap EUR akan lebih lambat dari ekspektasi.

Sebagaimana diketahui, PM Inggris David Cameron saat dipilih kembali tahun lalu telah menjanjikan diselenggarakannya referendum Brexit guna menjawab berbagai ketidakpuasan masyarakatnya akan implikasi-implikasi dari kebijakan Parlemen Uni Eropa. Dalam referendum tersebut, rakyat Inggris akan memilih apakah mereka akan tetap berada di dalam ataukah keluar dari kesatuan Uni Eropa. Banyak pihak memprediksi dampak langsung dan tidak langsung jika Inggris keluar dari Uni Eropa dapat mengakibatkan penurunan GDP di negeri berbendera Union Jack tersebut.

 

Pasar Obligasi Korporasi Gagal Buka

Saat ini, isu Brexit telah menggantung pasar obligasi korporasi Inggris. Media Financial Times awal pekan ini memberitakan bahwa pasar obligasi korporasi Poundsterling gagal buka di minggu pertama trading tahun 2016. Dilaporkan juga bahwa perilisan obligasi dalam denominasi Pounds tahun lalu merosot ke 12 triliun Pounds dari 26 triliun Pounds pada 2012. Sebaliknya, penerbitan obligasi dalam Euro malah meningkat tajam.

Sejumlah lembaga investasi yang diwawancarai oleh Financial Times menyatakan bahwa mereka tidak lagi membuka beberapa layanan yang hanya menanamkan dana ke aset-aset finansial dalam Sterling. Sebagian yang lain meyakini bahwa pasar obligasi korporasi Sterling tidak akan mati, tetapi tak bisa dielakkan lagi bahwa isu Brexit membuat ekonomi ibarat terlantar hingga referendum memberikan kejelasan.

Beberapa investor kini menunda penanaman dana di Inggris hingga ada kejelasan tersebut. Pasalnya, sebuah polling oleh YouGov yang diadakan akhir Desember silam menunjukkan bahwa pihak pro dan kontra Brexit bersaing ketat dengan sisi pro meraih 42 persen dan kontra 41 persen.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE