Menu

Jelang FOMC, Dolar Tenggelam Gegara Ekspektasi Kebijakan Akomodatif

A Muttaqiena

Nilai tukar Dolar AS mencetak rekor terendah dalam sejumlah pair mayor menjelang gelaran rapat kebijakan bank sentral AS besok.

Seputarforex - Indeks Dolar AS (DXY) merosot lagi sejauh sekitar 0.5 persen dalam perdagangan hari ini (27/Juli), menyentuh rekor terendah sejak September 2018 pada level 93.84. Pelaku pasar tengah menyoroti kemungkinan Federal Reserve memilih arahan kebijakan moneter yang lebih akomodatif dalam rapat FOMC pekan ini. Sementara itu, ekspektasi anggaran stimulus dari parlemen AS kian minim.

Dolar AS mengawali perdagangan hari ini sebagai pecundang. Nilai tukar Greenback terpuruk pada rekor terendah empat bulan versus Yen Jepang dan rekor terendah lima tahun versus Franc Swiss. Pasangan mata uang EUR/USD juga bertengger pada rekor tertinggi 22 bulan.

Trader dan investor menilai The Fed tidak akan mengumumkan perubahan kebijakan suku bunga maupun Quantitative Easing dalam pernyataan pasca-rapat hari Kamis mendatang. Tapi sejumlah pihak menganggap pernyataan pejabat The Fed belakangan ini menyiratkan kemungkinan bank sentral akan semakin menoleransi inflasi di bawah target, sehingga bersedia membiarkan suku bunga rendah dalam kurun waktu lebih lama.

"Saya kira kita menyaksikan dolar AS menyesuaikan diri pada (wacana arah kebijakan baru The Fed) itu," kata Chris Weston dari broker Pepperstone, "Jadi peluang bagi The Fed untuk menaikkan (suku bunga) dalam lima tahun ke depan sedang diperhitungkan ulang dalam dolar AS --ada momentum perdagangan karena orang-orang menjalankan posisi short semacam ini menjelang rapat The Fed."

Di sisi lain, banyak faktor yang membayangi sentimen pasar. Semakin banyak negara -yang sebelumnya sukses mengendalikan pandemi- melaporkan kenaikan jumlah kasus infeksi virus Corona. Hal ini menumbuhkan kekhawatiran terhadap potensi kemunduran ekonomi global lagi sebelum vaksin mulai diedarkan pada awal tahun depan .

Perpolitikan AS juga menghadirkan ketidakpastian besar bagi pasar keuangan global. Sementara sengketa diplomatik dengan China belum terselesaikan, pemulihan ekonomi AS menunjukkan tanda-tanda kemacetan. Data klaim pengangguran pekan lalu meleset dari ekspektasi, demikian pula dengan laporan Purchasing Managers' Index (PMI) versi Markit.

Parlemen AS terus memperdebatkan rencana anggaran stimulus tambahan untuk menanggulangi pandemi, padahal jatah anggaran sebelumnya untuk sebagian subsidi bagi pengangguran bakal habis pekan ini. Gedung Putih dan Senat telah menyepakati rencana anggaran tambahan sebesar USD1 Triliun. Namun, proposal itu masih perlu dibahas oleh House of Representatives yang didominasi kubu Demokrat. Para petinggi Demokrat telah menjanjikan anggaran dalam jumlah lebih besar, mencapai hampir USD3 Triliun.

"Kegagalan untuk mengesahkan anggaran fiskal tambahan atau pengesahan anggaran yang minimalis, kemungkinan akan mengakibatkan kejutan signifikan bagi pasar," kata Steve Englander dari Standard Chartered New York, sebagaimana dilansir oleh Reuters, "Kami mengharapkan paket stimulus besar yang kemungkinan akan merefleksikan prioritas Demokrat dalam mendukung pendapatan dan belanja (masyarakat)."


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE