Menu

Jelang Libur Akhir Tahun, Harga Minyak Masih Bearish

Pandawa

Harga minyak mentah terus tertekan atau belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan, karena kelebihan pasokan yang diiringi oleh penurunan permintaan secara global.

Harga minyak kembali tertekan pada perdagangan hari Senin (24/12), melanjutkan penurunan yang terjadi sejak pekan lalu. Kecemasan investor terkait kelebihan pasokan global masih membebani pergerakan harga minyak jelang libur akhir tahun.

Pada pukul 09:13 WIB, minyak Brent berada di kisaran $53.93 per barrel, sedikit naik dari sesi sebelumnya yang sempat menyentuh $52.76 (level paling rendah sejak September 2017 lalu). Sementara itu, minyak WTI diperdagangkan pada kisaran $45.54 per barrel, atau berada sedikit di atas level perdagangan akhir pekan lalu di $44.88.

 

Apakah Pemangkasan Produksi 1.2 Juta Bph Efektif?

Perlambatan ekonomi global semakin terlihat sejak meletusnya perang dagang antara AS-China beberapa bulan yang lalu. Akibatnya, permintaan terhadap minyak mentah menurun drastis, diikuti oleh anjloknya harga emas hitam sebesar 35 persen sejak bulan Oktober 2018 lalu.

Untuk meredam membanjirnya pasokan minyak, Organisasi Negera Pengekspor Minyak (OPEC) bersama dengan negara mitra seperti Rusia telah menyepakati pemangkasan produksi minyak sebesar 1.2 juta barrel per hari (bph), terhitung dimulai Januari 2019.

Namun, langkah OPEC dinilai tidak akan efektif, lantaran AS mengambil sikap berbeda dengan OPEC. Presiden Trump menyerukan ketidaksetujuannya atas pemangkasan output minyak, dan terus mendorong peningkatan produksi minyak mentah Negeri Paman Sam.

Berdasarkan laporan terkini dari perusahaan Energi, General Electric Co (GE.N) Baker Hughes, jumlah rig AS yang aktif melakukan pengeboran minyak bertambah 10 unit hingga total mencapai 883 unit per 21 Desember 2018. Hal tersebut menjadikan AS sebagai negara produsen minyak mentah terbesar dunia yang memompa 11.6 juta bph, mengungguli Arab Saudi dan Rusia.

 

OPEC Bersiap Ambil Langkah Antisipasi

Harga minyak yang belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan membuat negara-negara yang mengandalkan minyak sebagai pendapatan utama meradang. Turunnya harga emas hitam, maka secara langsung akan berdampak pada perekonomian negara produsen minyak seperti negara kawasan Timur Tengah.

Stephen Innes yang menjabat sebagai kepala perdagangan Broker OANDA untuk area Asia-Pasifik di Singapura, mengatakan bahwa para menteri energi anggota OPEC sudah mulai membahas langkah lanjutan untuk mencapai stabilitas harga, dengan menyiapkan segala opsi 'di atas meja'.

"Jika pemangkasan output sebesar 1.2 juta bph tidak cukup meredam kejatuhan harga minyak, maka OPEC dan negara mitra akan mengadakan pertemuan luar biasa di kota Baku, Azerbaizan, pada akhir Februari atau awal Maret," kata menteri energi Uni Emirat Arab, Suhail al-Mazrouei.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE