Menu

Jelang Natal, Kenaikan Harga Minyak Dibayangi Sejumlah Kelemahan

A Muttaqiena

Di Amerika Serikat, yang tidak berpartisipasi dalam kesepakatan pemangkasan produksi, jumlah sumur pengeboran aktif kembali meningkat untuk pekan ketujuh berturut-turut.

Seputarforex.com - Harga minyak terpantau menanjak lagi pada sesi perdagangan Asia hari Senin pagi (19/12), di tengah antisipasi akan tertanggulanginya limpahan surplus di tahun 2017 setelah negara-negara produsen sepakat memangkas output. Namun demikian, sejumlah kelemahan membayangi pergerakan harga minyak menjelang akhir tahun ini.

 

Terdukung Ekspektasi Pemangkasan Produksi Dan Koreksi Dolar

Minyak mentah berjangka Brent diperdagangkan naik 0.36% dari harga penutupan minggu lalu ke angka $55.41. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) naik 0.42% ke $52.12 per barel. Pelaku pasar yang diwawancarai Reuters mengaku harga minyak yang lebih tinggi ini didorong oleh ekspektasi akan pemotongan produksi massal oleh para produsen minyak, sesuai dengan deklarasi negara-negara OPEC dan Non-OPEC beberapa waktu lalu. Selain itu, terkoreksinya penguatan Dolar turut mendukung apresiasi harga komoditas.

"Dengan para investor kini mengekspektasikan tingkat ketaatan cukup tinggi pada kesepakatan pemotongan produksi, harga (minyak) semestinya tertopang dengan baik," demikian diungkapkan oleh ANZ Bank, "Sejumlah kelemahan pada Dolar AS juga turut memperbaiki sentimen investor."

Indeks Dolar telah melemah 0.8% setelah menyentuh level tertinggi sejak 2002 pada minggu lalu. Patut untuk dicatat bahwa pergerakan Dolar bisa berimbas pada permintaan minyak, karena penggunaan mata uang ini dalam transaksi minyak internasional akan mempengaruhi tingginya biaya energi yang harus dibayar oleh negara-negara pengguna mata uang berbeda.

 

Produksi Minyak AS Meningkat

Terlepas dari dua faktor tersebut, sejumlah kabar negatif mengekang reli harga minyak. Di Amerika Serikat --yang tidak berpartisipasi dalam kesepakatan pemangkasan produksi--, jumlah sumur pengeboran aktif kembali meningkat untuk pekan ketujuh berturut-turut. Akhir pekan lalu, Baker Hughes melaporkan bahwa jumlah oil drilling rigs di AS naik 12 buah ke angka total 510. Ini merupakan peningkatan terbesar sejak bulan Januari, meski secara total masih di bawah rekor tinggi 541 yang tercetak satu tahun lalu.

Sejalan dengan pertambahan sumur pengeboran aktif, produksi minyak AS pun meningkat dari di bawah 8.5 juta barel per hari di bulan Juli jadi nyaris 8.8 juta bph pada pertengahan Desember ini. Selain itu, tekanan pada harga minyak bisa meningkat seiring dengan dilepasnya kontrak-kontrak berjangka minyak menjelang libur Natal.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE