Menu

Johnson Ingin Paksa Brexit Tuntas Tahun Depan, Pound Tumbang

A Muttaqiena

Setelah menang pemilu, PM Boris Johnson agaknya mendapatkan nyali tambahan untuk berkonfrontasi dengan banyak pihak demi menuntaskan brexit dalam tempo sesingkat-singkatnya.

Poundsterling merosot hampir 0.6 persen ke kisaran 1.3260 terhadap Dolar AS dalam perdagangan sesi Asia hari ini (17/Desember), setelah beredar kabar bahwa PM Boris Johnson ingin mengambil sikap lebih keras dalam proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa (brexit). Rumor yang sama membuat Pound tumbang sekitar 0.5 persen ke level 145.32 versus Yen Jepang, sementara EUR/GBP menanjak hampir 0.7 persen ke kisaran 0.8400-an.

Grafik GBP/USD Daily via Tradingview.com

Dalam rancangan Withdrawal Agreement Bill yang akan diajukan ke parlemen Inggris pada hari Jumat, pemerintah Inggris menambahkan klausa baru yang akan meng-ilegal-kan upaya untuk memperpanjang proses brexit hingga lebih dari akhir tahun 2020. Saat ini, periode transisi brexit yang dijadwalkan akan berakhir pada bulan Desember 2020 masih dapat diperpanjang berdasarkan kesepakatan bersama Uni Eropa hingga 2 tahun. Akan tetapi, media ITV melaporkan bahwa rancangan Withdrawal Agreement Bill yang telah diamandemen justru menghapus peluang perpanjangan tersebut.

Para kritikus politik menilai hal itu meningkatkan peluang "No-Deal Brexit". Para analis pasar juga menyebutkan bahwa ini menandakan Johnson tidak akan mengambil pendekatan yang lebih lunak dalam upaya mengejar deadline ratifikasi Withdrawal Agreement Bill pada 31 Januari 2020.

"Akal sehat menyarankan bahwa pembuatan kesepakatan dagang akan membutuhkan waktu setidaknya satu tahun, sehingga pasar sudah mengasumsikan bahwa periode transisi akan diperpanjang," kata Masafumi Yamamoto, pimpinan pakar strategi mata uang di Mizuho Securities, sebagaimana dilansir oleh Reuters.

Lanjutnya, "Nampaknya kemenangan mayoritas yang diperoleh Johnson itu membuatnya memilih pendekatan garis keras, yang tidak terlalu disukai pasar... Dengan mempertimbangkan perekonomian Inggris sepertinya akan melambat karena orang-orang dan perusahaan mulai meninggalkan negeri ini akibat (ketidakpastian) brexit, reli short-covering pada Sterling sudah berakhir."


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE