Menu

Johnson Pulih, Pound Capai Tertinggi Sebulan

A Muttaqiena

Sejumlah faktor mendukung reli Pound pada awal pekan ini. Namun, outlook ke depan masih cukup suram karena mata uang ini termasuk aset high risk.

Seputarforex.com - Poundsterling mendaki ke rekor tertinggi sebulan terhadap Dolar AS dalam sesi perdagangan kemarin, setelah PM Inggris Boris Johnson pulang dari rumah sakit pada akhir pekan. Di sesi Asia tadi pagi (14/April), GBP/USD menanjak lagi setinggi 0.5 persen ke kisaran 1.2560-an. Pound juga naik pamor versus Euro dan Yen Jepang.

Grafik GBP/USD Daily via Tradingview.com

Poundsterling sempat dijerat oleh keresahan, karena Boris Johnson dilarikan ke ICU akibat infeksi virus Corona yang memburuk. Hal ini menunjukkan betapa Pound masih rentan terhadap ketidakpastian politik domestik, meski dampak virus Corona terhadap kondisi perekonomian telah menyita perhatian investor global.

Untungnya, sang Perdana Menteri kini telah dipulangkan dari rumah sakit. Selain itu, langkah Federal Reserve mengulurkan perjanjian kerjasama swap dengan berbagai bank sentral dunia -termasuk Bank of England (BoE)- telah menekan nilai tukar Dolar AS. Hal ini menyokong reli Pound untuk sementara waktu. Namun, outlook ke depan masih tak menentu.

"Fenomena Risk On-Risk Off (RORO) kembali dengan dahsyat," kata David Bloom, pimpinan riset forex global di HSBC, "Ini artinya bahwa semakin banyak ragam aset pasar keuangan yang bergerak dengan korelasi erat dan terutama digerakkan oleh satu faktor spesifik."

USD, JPY, dan CHF cenderung berkinerja baik ketika sentimen negatif. Sebaliknya, NOK, AUD, SEK, dan NZD berkinerja buruk dalam suasana sentimen negatif. Bloom menilai Pound sekarang juga masuk ke kelompok kedua tersebut, kemungkinan karena brexit dan semakin longgarnya hubungan Inggris dengan perekonomian raksasa Zona Euro.

Hans Redeker dari Morgan Stanley memaparkan lebih panjang lebar, "Kami memperkirakan GBP akan melemah lebih lanjut, dengan GBP/USD telah memuncak pada 1.25. Kekuatan GBP versus EUR juga terbatas sekarang, telah merunut balik separuh dari reli sebelumnya dan gagal tembus ke bawah area 0.8730 secara nyata. Inggris memiliki defisit neraca transaksi berjalan terbesar di G10 dan sektor keuangan besar yang membutuhkan pendanaan dalam USD, menandakan kerapuhan terhadap kelemahan di tengah volatilitas pasar. GBP/USD juga cenderung mengikuti harga minyak, yang outlook-nya tetap tak memuaskan ."


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE