Menu

Kantor Anggaran Kongres: Perang Dagang Tekan Pertumbuhan GDP AS

Pandawa

Kantor Anggaran Kongres AS memproyeksikan jika ekonomi AS akan melambat hingga beberapa tahun ke depan karena dipicu oleh penurunan daya beli konsumen.

Perang dagang AS-China yang hingga kini masih berlangsung, diproyeksi akan membatasi pertumbuhan GDP dengan rata rata 0.1 persen setiap tahun selama 10 tahun ke depan. Kantor Anggaran Kongres AS mengutarakan prediksi tersebut jika kondisi tetap di tingkat saat ini.

Dalam pernyataan yang menyertai rilis proyeksi ekonomi 2019-2029, badan non-partisan ini mengatakan bahwa pertumbuhan GDP AS akan tertekan, terutama oleh penurunan daya beli konsumen dan ekspor AS. Kemerosotan tersebut hanya dapat diimbangi sebagian dengan cara output barang domestik untuk mengantikan impor.

 

Dampak Trade War Semakin Terasa, GDP AS Terancam

Perang dagang AS-China telah merugikan perekonomian kedua belah pihak. Hal tersebut dipertegas oleh laporan laba perusahaan industri China yang menurun untuk dua bulan berturut-turut pada bulan Desember.

Sementara itu, Real GDP AS diperkirakan melambat dengan mencatatkan pertumbuhan sebesar 2.3 persen tahun 2019, lebih rendah bila dibandingkan pertumbuhan Real GDP 2018 yang bisa mencapai 3.1 persen. Lebih lanjut, Kantor Anggaran Kongres memproyeksikan jika pertumbuhan GDP tahun depan akan terus menurun dengan rata rata 1.7 persen hingga 2023.

Proyeksi tersebut belum memperhitungkan skenario kenaikan tarif impor AS dari 10 persen menjadi 25 persen pada barang China, seperti yang direncanakan oleh Presiden Trump untuk bulan Maret 2019 mendatang (apabila negosiasi dengan China menemui jalan buntu). Jika kenaikan tarif impor benar-benar terwujud, maka hal itu akan semakin meningkatkan ketidakpastian ekonomi AS ke depan.

"Perang tarif hanya akan mengurangi aktivitas ekonomi AS, terutama disebabkan oleh penurunan daya beli konsumen AS karena harga yang lebih tinggi dan membuat barang modal menjadi semakin mahal. Di samping itu, perang dagang diproyeksikan akan menurunkan ekspor AS sebesar 0.5 persen pada 2022," kata perwakilan Kantor Anggaran Kongres.

 

Dolar AS Berusaha Menguat

Pada saat berita ini ditulis di sesi Asia Selasa (29/Januari), pergerakan Dolar AS terpantau menguat terhadap major currencies lain, berusaha menghapus kerugian yang diderita pada sesi perdagangan Senin kemarin. Penguatan USD tercermin dari Indeks DXY yang saat ini berada di level 95.78, menguat 0.03 persen dari level pembukaan hari ini.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE