Menu

Kaplan Fed: Ekonomi Global Rapuh, Tetapi AS Mampu Bertahan

Pandawa

Robert Kaplan melontarkan pernyataan cukup hawkish atas perekonomian AS yang cukup kokoh di tengah perlambatan global. Dolar AS pun masih bertahan di level tinggi.

Presiden Federal Reserve Dallas, Robert Kaplan, mengakui bahwa ekonomi global saat ini memang tengah berada dalam kondisi rapuh. Namun, ia yakin jika perekonomian AS secara umum cukup kokoh sehingga probabilitas terjadi resesi dalam waktu dekat relatif rendah.

"Pertumbuhan ekonomi global melambat... Kita berada dalam periode yang lemah. Tetapi Amerika Serikat mampu melalui badai perlambatan global tanpa penurunan yang berarti," kata Kaplan.

Kaplan juga menambahkan bahwa dirinya menilai ekonomi Negeri Paman Sam cukup kuat karena didukung oleh konsumsi yang menjanjikan. Hal itu terjadi lantaran trend pengangguran AS yang rendah sehingga mendorong kenaikan trend upah pekerja.

Pernyataan Kaplan yang dinilai cukup hawkish ini diungkapkan dalam sebuah sesi tanya jawab pada hari Kamis (26/September), dan bertolak belakang dari pernyataan pejabat Fed lainnya. Sebelum ini, James Bullard dan Mary Daly mengutarakan bahwa mereka setuju jika Bank Sentral AS melakukan pelonggaran kembali, menyusul outlook ekonomi yang suram.

 

Sentimen Pasar Kembali Positif, Dolar AS Melaju

Pada sesi Asia pagi ini, Dolar AS masih bertahan di level tinggi terhadap mata uang mayor lainnya. Indeks Dolar AS sempat melonjak 0.61 persen sepanjang perdagangan kemarin, dan hari ini bergerak di level 98.95, tidak jauh dari level tertinggi bulan ini dan menjadi kisaran tertinggi sejak bulan Mei 2017.

Reli Dolar AS yang begitu menyakinkan dipicu oleh kembali membaiknya sentimen pasar dalam menyikapi hubungan dagang AS-China, merespon pernyataan positif Trump yang menyebut China sangat ingin mencapai kesepakatan dagang. Hal ini berarti, prospek tercapainya kesepakatan dagang pada pertemuan bulan Oktober mendatang semakin meningkat.

Indeks Dolar AS juga terdongkrak oleh pelemahan mata uang Euro dan Sterling. Melambatnya aktivitas manufaktur Jerman dan Prancis semakin menguatkan risiko resesi di Zona Euro dalam waktu dekat. Sementara itu, Sterling ditekan oleh semakin dekatnya tenggat waktu Brexit.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE