Menu

Kasus COVID-19 Kembali Melesat, Dolar AS Diburu Investor

Pandawa

Kasus COVID-19 kembali melonjak di AS, sehingga meredupkan harapan akan terjadinya pemulihan ekonomi dalam waktu dekat. Dolar AS sebagai mata uang safe haven pun kembali diburu.

Seputarforex - Dolar AS menguat pada perdagangan hari Kamis (26/Juni), sejalan dengan merebaknya sentimen risk aversion karena kenaikan kasus baru COVID-19. Pada saat berita ini ditulis, Indeks Dolar (DXY) yang mengukur kekuatan Dolar AS terhadap enam mata uang mayor berada di kisaran 97.30, menguat 0.09 persen dari level pembukaan harian.

"Kondisi saat ini memicu aksi penghindaran risiko oleh investor. Setelah sebelumnya pasar begitu antusias didukung oleh sentimen pemulihan (ekonomi) pasca Corona, gelombang kedua pandemi tampaknya menjadi sebuah ancaman yang meredupkan prospek ekonomi global," kata Shinichiro Kadota, ahli strategi FX di Barclays.

 

AS Catat Lonjakan Baru

Kenaikan jumlah penderita yang terjangkit virus Corona dalam beberapa waktu terakhir telah menyita perhatian banyak pihak. Secara global, jumlah penderita virus Corona sudah mencapai 9.6 juta orang, dan diprediksi akan menembus 10 juta orang dalam waktu dekat. Di Amerika Serikat, laporan terbaru menunjukkan bahwa penambahan kasus COVID-19 mencapai sekitar 36,000, mendekati rekor 36,426 kasus dalam satu hari yang terjadi pada akhir April lalu.

Sumber: Worldometer

Pemerintah AS tidak tinggal diam. Langkah untuk menghambat penyebaran COVID-19 sudah digalakkan di seluruh negara bagian. Gubernur New York, New Jersey, dan Connecticut mewajibkan karantina bagi masyarakat yang baru saja bepergian dari sembilan wilayah negara bagian tertentu. Pasalnya, lonjakan kasus di AS akhir-akhir ini sebagian besar berasal dari area Selatan dan Barat Amerika Serikat.

 

Outlook Perekonomian Global Kian Suram

Peningkatan kasus COVID-19 yang belum menunjukkan tanda akan berakhir dan berdampak luas terhadap aktivitas ekonomi di banyak negara. Tak heran, IMF kembali memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk tahun ini. Tidak tanggung-tanggung, Lembaga Moneter dibawah naungan PBB itu memprediksi ekonomi global akan menyusut hingga 4.9 persen di tahun 2020, lebih dalam daripada proyeksi penyusutan 3.0 persen pada bulan April lalu.

Sementara itu, stimulus besar-besaran yang diambil oleh pemerintah di banyak negara termasuk AS diprediksi akan mampu menahan dampak awal pandemi saja. Jika pandemi terus berkelanjutan, maka stimulus dikhawatirkan tak lagi sanggup menopang perekonomian. Bob Prince dari Bridgewater Associates mengatakan bahwa upaya stimulus yang digelontokan pemerintah AS mungkin dapat membantu arus kas perusahaan untuk musim panas. Akan tetapi, risiko ekonomi dari pandemi corona kemungkinan akan jauh melampaui itu.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE