Menu

Kekhawatiran Pasokan Lambungkan Harga Minyak

Pandawa

Harga minyak menguat berkat potensi kelangkaan pasokan. Tak hanya dari Arab Saudi dan Rusia, output minyak AS juga berisiko menurun.

Seputarforex - Harga minyak dunia menguat cukup signifikan pada perdagangan Selasa (19/September). Melanjutkan kenaikan di 4 sesi sebelumnya, harga minyak Brent naik 0.95 persen pada kisaran $95.42 per barel, dan minyak WTI bergerak di kisaran $91.83 per barel.

Secara teknikal, harga minyak telah naik selama tiga minggu berturut-turut dan mencapai rekor tertinggi 10 bulan. Kenaikan harga minyak sebagian besar didorong oleh menyusutnya produksi minyak serpih AS. Menurut Badan Informasi Energi (EIA), output minyak serpih akan turun menjadi 9.393 juta bph atau level terendah dalam lima bulan terakhir.

Hal ini memicu kekhawatiran terhadap prospek pasokan minyak di pasaran setelah produsen utama seperti Arab Saudi dan Rusia kompak melanjutkan program pengurangan produksi hingga akhir tahun.

 

Minyak Bullish Meski Dibayangi Koreksi, Outlook Jangka Panjang Meragukan

Menurut analis pasar senior OANDA, Kevin Ong, harga minyak saat ini juga didukung oleh sejumlah faktor teknikal. "Terdapat trend naik jangka pendek yang terjadi selama beberapa sesi pada minyak WTI dengan support utama berada di kisaran $89.90 per barel," demikian ungkapnya.

Pendapat lain dikemukakan oleh seorang analis National Australia Bank (NAB). Ia mengatakan reli bullish harga minyak akhir-akhir ini telah mendorong harga ke area jenuh beli sehingga rentan mengalami koreksi.

Meski demikian, sebagian analis menyakini harga minyak masih dapat melambung hingga $100 per barel karena didukung oleh penurunan output global secara berkelanjutan dan ketegangan geopolitik.

"Target $100 per barel bagi minyak sangat mungkin terjadi di tengah pergerakan pasar yang berbasis momentum. Gagasan $100 per barel telah berkembang dari hal yang tidak pernah terbayangkan beberapa bulan lalu menjadi sangat mengejutkan saat ini," tulis Michael Tran dan Helima Croft dalam catatan.

Namun, analis tersebut juga memperingatkan jika kenaikan harga minyak secara signifikan membuka peluang kemerosotan yang lebih besar di tahun depan. Harga minyak dalam jangka menengah dan panjang diproyeksi tertekan karena trend penggunaan bahan bakar fosil semakin berkurang di masa depan. CEO Aramco bahkan menurunkan proyeksi permintaan global 2030 dari 125 juta bph menjadi 110 juta bph.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE