Menu

KINO: Ekspansi Pasca IPO, Joint Venture Dengan Jepang

A Muttaqiena

Pasca IPO pada Jumat pekan lalu (11/12), PT Kino Indonesia Tbk mengungkapkan rencananya untuk melakukan pengembangan usaha.

Pasca IPO pada Jumat pekan lalu (11/12), PT Kino Indonesia Tbk (kode saham KINO) mengungkapkan rencananya untuk melakukan pengembangan usaha menggunakan dana hasil IPO, yang mana salah satunya adalah dengan melakukan joint venture dengan perusahaan asal Jepang.

 

 

Harry Sanusi, Direktur Utama PT Kino Indonesia Tbk, mengatakan bahwa diskusi telah dilangsungkan dan pihaknya pun sudah menandatangani Non Disclosure Agreement. Satu hal yang sudah pasti dan dapat disampaikan ke publik saat ini adalah bahwa perusahaan joint venture tersebut akan menyasar segmen makanan.

Selain rencana joint venture tersebut, Sanusi juga memberikan kisi-kisi akan rencana KINO untuk akuisisi sebuah perusahaan lokal di segmen personal care dan jamu tradisional. Baik rencana joint venture maupun akuisisi tersebut, keduanya ditargetkan terlaksana tahun 2016 mendatang.

 

Sekilas Tentang KINO

PT Kino Indonesia Tbk adalah salah satu perusahaan terkemuka di bidang consumer goods, dan terutama terkenal berkat produk-produk personal care-nya seperti Ovale, juga produk makanan dan minuman kesehatan seperti Permen KINO dan Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga. Selain didistribusikan di Indonesia, produk-produknya juga sudah dipasarkan ke Asia, Australia, dan Afrika. Penjualannya mencapai Rp1.74 triliun pada paruh pertama 2015, meningkat 10 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Profit Perseroan juga melejit dari Rp45.25 milyar tahun lalu ke Rp165.44 milyar pada semester I/2015,

Di hari pertama KINO diperdagangkan di bursa pekan lalu, saham ini dibuka pada Rp4.250 dan ditutup pada Rp3,850; kurang memuaskan akibat adanya profit taking, tetapi masih lebih tinggi dari harga IPO yang sebesar Rp3,800.

Dari IPO tersebut, KINO dilansir mendapatkan dana Rp868.65 miliar. Sebesar Rp234.53 miliar, atau 27 persen dari pendapatan IPO, akan dipakai untuk mendorong pertumbuhan anorganik; sedangkan 50 persen lagi, atau Rp434.32 miliar, akan digunakan untuk mendukung pertumbuhan organik. Sisanya sebesar Rp199.78 miliar bakal ditujukan untuk modal kerja.


Berita Saham Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE