Menu

Krisis Turki Belum Reda, Dolar Naik Ke Level Tertinggi 13 Bulan

Pandawa

Indeks Dolar menguat ke level tertinggi 13 bulan di kisaran 96.80 pagi ini, meski Lira Turki mulai pulih berkat rencana boikot dari Presiden Erdogan.

Indeks Dolar menguat hingga menyentuh level tertinggi 13 bulan pada perdagangan hari Selasa kemarin (14/8), karena investor meningkatkan posisi Long mereka atas pertimbangan Dolar sebagai mata uang safe haven. Penguatan Greenback (sebutan Dolar) masih berlanjut pada sesi Asia hari Rabu (15/8) ini, dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap krisi Turki yang bisa berdampak buruk bagi mata uang lain.

Lira Turki dilaporkan rebound dari level terendah sepanjang masa, sementara itu, mata uang lain seperti Euro, Sterling, dan Yen masih melanjutkan pelemahan terhadap Dolar AS. Penguatan Dolar AS begitu dominan di sepanjang pekan ini. Hal itu terlihat dari lonjakan Indeks Dolar (DXY) hingga ke 96.80, yang merupakan level tertinggi sejak Juni 2017. Pergerakan itu menandakan kenaikan sebesar 0.4 persen dari sesi sebelumnya.

 

Lira Pulih Dari Level Low Karena Rencana Boikot Dari Erdogan

Pada hari Selasa kemarin, Presiden Tayyip Erdogan mengatakan bahwa Turki akan memboikot produk-produk dari AS sebagai aksi balasan, karena kebijakan Trump sebelumnya telah menekan Lira hingga menyentuh level terendah sepanjang masa. Dalam pidatonya, Erdogan dengan tegas mengatakan bahwa Turki menjadi sasaran perang ekonomi, dan lagi-lagi menyerukan agar warga Turki menjual semua mata uang asing mereka (terutama Dolar AS dan Euro) untuk menopang nilai Lira.

"Bersama dengan rakyat Turki, kami akan secara tegas menentang Dolar, Forex Rates, inflasi, dan suku bunga. Kami secara bahu-membahu akan menjaga kemandirian ekonomi Turki," kata Erdogan.

Rencana Erdogan tersebut sedikit membantu pergerakan Lira untuk pulih ke kisaran 6.3300 per USD. Saat berita ini ditulis, USD/TRY sudah mencoba naik kembali, meski pergerakannya masih tertahan di kisaran 6.5096.

 

AS Ancam Perketat Tekanan Ekonomi

Di sisi lain, Amerika Serikat memperingatkan akan lebih banyak lagi tekanan ekonomi untuk Turki bila tidak segera membebaskan warga AS yang mereka tahan. Pernyataan pejabat Gedung Putih itu muncul sehari setelah penasehat keamanan nasional, John Bolton, bertemu dengan duta besar Turki Serdar Kilic tentang kasus penahanan pendeta Andrew Brunson atas dugaan spionase.

"Pemerintah AS akan tetap berkomitmen dalam masalah ini, dan Presiden telah berjanji akan membawa pendeta itu pulang. Bila kami tidak melihat hal itu terjadi dalam beberapa hari atau minggu mendatang, mungkin akan ada tindakan lebih lanjut," ucap Bolton.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE