Menu

Krisis Ukraina Dorong Crude Oil Ke Level Tertinggi 7 Tahun

A Muttaqiena

Pasar khawatir krisis Ukraina bakal semakin mengetatkan pasokan minyak global, sementara OPEC belum mampu memenuhi target produksi.

Seputarforex - Krisis Ukraina kian menjadi buah bibir trader dan investor. Harga minyak mentah (Crude Oil) pekan lalu melambung lebih dari 1 persen ke rekor tertinggi dalam lebih dari tujuh tahun terakhir, karena pasar khawatir krisis Ukraina bakal semakin mengetatkan pasokan minyak global. Saat berita ditulis (14/Februari), WTI dan Brent masing-masing berada pada level USD94.70-an dan USD96.10-an per barel.

Grafik Harga Minyak Mentah WTI (Daily)

Pejabat tinggi Amerika Serikat akhir pekan lalu menyatakan bahwa Rusia dapat menginvasi Ukraina kapan saja dan kemungkinan "menciptakan alasan" untuk menjustifikasi serangan tersebut. Inggris sepakat dengan penilaian AS tersebut, sehingga tengah merencanakan pengiriman bantuan ekonomi dan militer untuk Ukraina secepatnya.

Rusia membantah adanya rencana invasi Ukraina dan menuduh Barat "histeris". Namun, para pemimpin negara-negara anggota NATO agaknya meyakini potensi invasi tersebut.

Kanselir Jerman Olaf Scholz mengingatkan adanya ancaman sanksi jika Moskow benar-benar menginvasi Ukraina. Ia akan mengunjungi Kyiv hari ini, kemudian berdiskusi dengan Presiden Vladimir Putin di Moskow pada hari Selasa guna membicarakan de-eskalasi situasi.

Trader di pasar komoditas terutama berfokus pada dua potensi perkembangan situasi ini. Pertama, apabila Barat sepakat menerapkan sanksi atas Rusia. Kedua, apabila Rusia benar-benar menyerbu Ukraina. Keduanya sama-sama dapat makin menciutkan pasokan minyak dunia.

"Jika...pergerakan pasukan terjadi, harga minyak mentah Brent tidak akan mengalami kesulitan untuk naik ke atas level USD100," kata Edward Moya, analis dari broker OANDA, sebagaimana dilansir oleh Reuters, "Harga minyak akan tetap sangat bergejolak dan sensitif terhadap kabar baru mengenai situasi Ukraina."

Harga minyak yang mahal saat ini terutama terjadi lantaran negara-negara OPEC+ kesulitan menaikkan produksi mereka di tengah beragam konflik bersenjata dan pembatasan terkait pandemi. International Energy Agency (IEA) mengatakan bahwa kesenjangan antara output OPEC+ dan target produksinya telah melebar sampai 900 ribu barel per hari (bph) pada bulan Januari, sedangkan JP Morgan memperkirakan kesenjangan untuk OPEC saja (tanpa Rusia dkk -red) sudah mencapai 1.2 juta bph.

Sempat muncul secercah harapan untuk terpenuhinya target produksi OPEC sehubungan dengan perundingan damai AS-Iran pekan lalu . Namun, seorang pejabat keamanan Iran hari ini mengatakan bahwa kemajuan dalam diskusi itu "semakin sulit".


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE