Menu

Kurs Rupiah Menguat Terbatas, BI Dinilai Gugup

N Sabila

Dalam jangka panjang, kurs Rupiah masih akan melemah terhadap Dolar AS. BI dikritik kurang inovatif dalam menguatkan Rupiah dan gugup menghadapi kenaikan suku bunga AS.

Seputarforex.com - Nilai tukar Rupiah dibuka sedikit menguat terhadap Dolar AS di awal pekan ini. Menurut grafik Bloomberg, Senin (30/Okt) pagi tadi, Rupiah diperdagangkan di angka Rp13,584 per dolar AS dan berlanjut ke kisaran Rp13,582 saat berita ini ditulis pukul 15:00 WIB.



Sementara itu, berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, Rupiah menduduki harga Rp13,580 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan angka sebelumnya di Rp13,630 per dolar AS.

Dolar AS mengawali pekan ini dengan sedikit tekanan, sehubungan dengan kian dekatnya ekspektasi waktu pengumuman ketua baru The Fed, yakni tanggal 3 November tepatnya sebelum Presiden AS, Donald Trump, bertolak ke Asia untuk kunjungan resmi.

Dari total lima kandidat, ada dua nama terkuat untuk memimpin bank sentral AS tersebut: John Taylor dan Jerome Powell. Para pelaku pasar masih menimbang-nimbang, siapa yang kans-nya lebih besar untuk terpilih. Meski demikian, dalam jangka panjang, Rupiah masih akan melemah terhadap Dolar AS. Ekspektasi akan kenaikan suku bunga The Fed pada bulan Desember mendatang diperkirakan masih menjadi penyokong utama bullish Dolar AS.


BI Dinilai Gugup Hadapi Kemajuan Ekonomi AS

Di tengah kondisi tersebut, President Director Center for Banking Crisis, Achmad Deni Daruri, mengkritisi sikap yang diambil BI, dengan cara membandingkannya dengan langkah yang diambil bank sentral Singapura. Dikutip dari Viva, Deni menilai bahwa BI tampak sedikit gugup dalam mengantisipasi perkembangan ekonomi Amerika. Buktinya, instrumen BI tidak inovatif yakni hanya berupa intervensi pasar. Padahal, intervensi hanya akan menghabiskan cadangan devisa tanpa efektivitas yang maksimal.

"Bank Sentral seperti Singapura, telah menyiapkan instrumen moneter yang inovatif dan antisipatif, sehingga perkembangan perekonomian Amerika tidak signifikan memengaruhi mata uang Singapura," kata Deni.

"Sedangkan BI dituntut harus inovatif dan antispatif terhadap kondisi perekenomian global, khusus ekonomi Amerika," tutupnya sembari berharap BI dapat memberikan solusi baru untuk menguatkan Rupiah di tengah terpaan kemajuan ekonomi AS.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE