Menu

Manufaktur AS Semakin Anjlok, Greenback Masih Terkunci

Kukuh Raharjo

Manufacturing PMI AS harus kembali turun ke level 51.1 basis poin. Walau tercatat turun sektor ini masih dikategorikan bertumbuh. Pencapaian pertumbuhan kali ini ternyata harus disertai dengan catatan bahwa sektor ini sudah semakin mengalami perlambatan.

Pedal gas untuk sektor manufaktur bulan Agustus ini sementara harus kembali kendur setelah keluarnya hasil survei manufaktur ISM dengan pencapaian angka 51.1, atau turun dari 52.7 pada bulan Juli. Namun demikian hasil ini masih merekat erat di atas ambang batas indeks yaitu 50, dimana dengan berada di atas level tersebut sektor ini masih dikategorikan ekspansif.


Tetap Bertumbuh Dengan Catatan

Dengan rilisnya data survei malam ini berarti paling tidak sudah lebih dari tiga puluh bulan secara berturut-turut sektor ini tercatat berada dalam area ekspansif. Prestasi terbaik yang pernah diraih terjadi pada bulan Oktober tahun lalu. Kala itu sektor ini pernah bertumbuh sampai dengan rekor angka indeks 59.0. Namun ternyata, selepas dari bulan tersebut, data-data hasil survei yang muncul sampai dengan bulan ini semakin menunjukkan tren penurunan atau perlambatan.

Tersurat dalam instituteforsupplymanagement.org, perolehan pesanan untuk produk-produk baru harus turun menjadi 51.7 basis poin. Padahal bulan sebelumnya sudah mencapai 56.5. Jadi berarti sub sektor ini sudah ambles sekitar 4.8 persen.

Hal yang sama juga dialami oleh sub sektor ekspor yang disurvei oleh lembaga swasta ini. Momentum kali ini tercatat harus turun juga menjadi 46.5 atau sekitar 1.5 persen dari bulan sebelumnya. Ditambahkan juga dari situs berita Wbponline.com, sub sektor ekspor diduga menjadi pemicu turunnya prestasi sektor manufaktur sejak akhir Oktober tahun sebelumnya. Ini karena faktor penguatan atau super dolar sudah mulai dirasakan oleh konsumen produk-produk AS di luar negeri. Hal itu otomatis memicu menurunnya permintaan terhadap barang buatan negeri Paman Sam ini. Sedang dari sektor dalam negeri sendiri, terjadinya gonjang-ganjing di awal kuartal pertama yang berkaitan dengan cuaca dan pelabuhan di pantai Barat tentu saja tak dapat diabaikan.

Di sisi lain, kelesuan hasil survei manufaktur di atas ternyata tak mengganggu rejeki para pengembang perumahan di AS. Mereka justru semakin royal dalam melakukan pembelanjaan dikarenakan melimpahnya proyek. Situs CNBC.com mengutip Departemen Perdagangan yang menyatakan nilai proyek yang dibelanjakan oleh para pengembang tersebut paling tidak sudah mencapai 1.08 triliun dolar. Jumlah yang fantastis bukan? Dan jumlah ini menjadi yang terbanyak semenjak Mei 2008.


Dolar AS Tak Beringas

Hari ini tak banyak yang bisa dipantau dari kinerja Greenback. Jika diamati dari dari jadwal berita yang rilis, terdapat potensi untuk keseruan terjadi karena paling tidak dari Cina, Australia, Inggris dan Kanada bakal memunculkan sentimennya. Namun ternyata hari ini hanya kepada Aussie dan Yen Jepang, Greenback menunjukkan tajinya. Terhadap Aussie, Greenback berani untuk menyeretnya sampai ke batas 0.7020 yang berarti dolar AS sampai berita ini diunggah sudah unggul sekitar 1.05 persen. Mungkinkah ini akibat pengaruh dari bertahannya tingkat suku bunga acuan yang ditetapkan oleh RBA hari ini? Tapi ada yang aneh dengan Greenback hari ini. Pertempurannya dengan Yen ternyata tak dapat dimenangkannya. Akhirnya Greenback harus mau menyerah sampai di level 119.60 atau sekitar 1.00 persen.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE