Menu

Masalah Vaksin AstraZeneca Membebani Sterling

A Muttaqiena

Regulator obat-obatan Eropa dan Inggris akhirnya menemukan indikasi keterkaitan vaksin AstraZeneca dan pembekuan darah, sehingga mengubah panduan kebijakan.

Seputarforex - Poundsterling jatuh ke rekor terendah dua pekan terhadap dolar AS pada kisaran 1.3700 dalam perdagangan hari Jumat ini (9/April). Tidak ada katalis jelas yang mendorong pelemahan GBP/USD pekan ini, kecuali data PMI Jasa yang direvisi turun dan semakin memusingkannya masalah vaksin AstraZeneca.

Grafik GBP/USD Daily via Tradingview.com

European Medicine Agency (EMA) yang sebelumnya menegaskan bahwa vaksin tersebut aman, kini mengakui adanya keterkaitan antara vaksin AstraZeneca dengan kasus pembekuan darah (blood clot). Meski EMA menilai bahwa manfaat dari vaksin masih lebih unggul daripada risikonya, tetapi risiko pembekuan darah akan ditambahkan dalam informasi produk sebagai efek samping yang "sangat jarang" beserta beberapa reaksi lain.

EMA menemukan bahwa kasus pembekuan darah terjadi pada beberapa orang dalam kurun waktu dua pekan setelah menerima vaksin AstraZeneca. Kebanyakan diantaranya wanita berusia di bawah 60 tahun. CNBC melaporkan EMA belum mengidentifikasi faktor risiko spesifik yang menimbulkan fenomena ini.

Secara terpisah pada hari yang sama, regulator obat-obatan Inggris mengungkap temuan tentang adanya potensi keterkaitan antara suntikan vaksin AstraZeneca dengan kasus pembekuan darah. Mereka juga masih menilai manfaat vaksin untuk mencegah COVID-19 lebih unggul daripada risikonya, tetapi menyarankan agar orang-orang berusia di bawah 30 tahun yang tidak memiliki masalah kesehatan apa pun sebaiknya memilih vaksin lain.

Beragam temuan ini semakin mencederai kepercayaan dan kesediaan masyarakat untuk mengikuti program vaksinasi COVID-19. Sejumlah negara sudah mengambil langkah tegas. Australia dan Filipina telah membatasi distribusi vaksin AstraZeneca. Uni Afrika membatalkan rencana untuk membelinya, sedangkan Hong Kong menunda impornya. Tapi Inggris sejauh ini terlalu mengandalkan vaksin AstraZeneca dalam program vaksinasi mereka, meskipun sudah ada beberapa vaksin lain yang disetujui untuk didistribusikan. Dengan demikian, ada kemungkinan program vaksinasi Inggris akan melambat hingga vaksin lain diadopsi lebih luas.

Kontras dengan kendala yang dihadapi Inggris, Uni Eropa justru ancang-ancang untuk mengakselerasi program vaksinasinya. Jadwal terbaru menunjukkan Johnson & Johnson siap mengirim 55 juta dosis vaksin ke negara-negara Eropa mulai pertengahan April. Hal ini akan mengakhiri kemelut rebutan vaksin AstraZeneca yang notabene bergelimang masalah.

Sejumlah analis mensinyalir perkara vaksin AstraZeneca berada di balik pelemahan poundsterling belakangan ini. Apalagi, pasar sudah berharap terlalu banyak pada akselerasi program vaksinasi Inggris.

George Vessey dari Western Union Business Solutions kemarin menyatakan, "Pound Inggris jatuh ke rekor terendah... setelah regulator obat-obatan Eropa menemukan keterkaitan antara vaksin COVID-19 AstraZeneca dan pembekuan darah. Regulator obat-obatan Inggris juga mendadak mengubah panduannya tentang vaksin itu, sehingga dapat memperumit kampanye vaksinasi di masa depan."

Tak semua orang sependapat, karena euro tak terpukul seburuk pound meski Uni Eropa juga memanfaatkan vaksin AstraZeneca. Sebagian pelaku pasar mencurigai alasan utama pelemahan GBP bisa jadi hanyalah penyesuaian posisi saja, sedangkan poundsterling tetap akan bullish lantaran siklus musimannya mendukung penguatan hampir setiap April.

"Koreksi GBP merupakan gejala dari pasar yang telah terlalu diposisikan pada level yang buruk setelah pergerakan tren yang panjang, posisi akhirnya memuncak karena banyak pihak merujuk pada kinerja musiman April yang kuat ... GBP pada akhirnya akan meraih kembali stabilitasnya dan naik lebih tinggi," ungkap Jonathan Pierce, seorang trader dari Credit Suisse.


Berita Forex Lainnya

USD
EUR
CHF
CAD
GBP
JPY
CNY
AUD





KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE