Menu

Masih Digelayuti Luapan Pasokan, Minyak Mentok Di 40 Dolar Lagi

A Muttaqiena

EIA tadi malam menyebutkan dalam Weekly Petroleum Status Report bahwa inventori minyak mentah Amerika Serikat naik 3.9 barel dalam sepekan yang berakhir tanggal 4 Maret, sehingga total inventori mencapai rekor tinggi 521.9 juta barel.

Oversupply kembali menjadi fokus pasar minyak pasca rilis laporan pekanan Energy Information Administration (EIA) tadi malam, sementara investor terus memantau spekulasi dan proyeksi yang beredar terkait kemungkinan pemangkasan produksi minyak OPEC dan pertumbuhan permintaan global.

Harga acuan minyak Brent mentok di kisaran 40-41 Dolar pada sesi Asia hari ini (10/3), setelah sempat terpukul ke 39.65 Dolar pada Selasa malam dan menanjak naik lagi dalam sesi-sesi perdagangan berikutnya. Reli WTI juga terhenti di kisaran 38-39 Dolar AS per Barel.

EIA tadi malam menyebutkan dalam Weekly Petroleum Status Report bahwa inventori minyak mentah Amerika Serikat naik 3.9 barel dalam sepekan yang berakhir tanggal 4 Maret, sehingga total inventori mencapai rekor tinggi 521.9 juta barel. Peningkatan moderat tersebut telah diperkirakan oleh analis, dan cenderung ringan ketimbang kenaikan 10 juta barel di periode sebelumnya. Namun yang perlu dicatat disini adalah penurunan inventori gasolin sebesar 4.5 juta barel, selaras dengan tren musiman. Data tersebut mengindikasikan akan terus berkurangnya persediaan minyak mentah AS dalam pekan-pekan mendatang, dan dinilai bullish bagi komoditas tersebut.

Sementara itu, para investor juga mengamati sebuah laporan Reuters dimana Arab Saudi dikabarkan berusaha mendapatkan pinjaman sebesar 6-8 milyar Dolar guna menanggulangi defisit anggaran yang dideritanya. Laporan tersebut mengipasi spekulasi bahwa Arab Saudi bisa jadi akan berkompromi lebih lanjut dengan produsen-produsen minyak OPEC-Non OPEC lainnya untuk menstabilkan harga diatas 50 Dolar per barel. Sebagaimana diketahui, saat ini negara-negara produsen minyak terkemuka, termasuk Arab Saudi, tengah mempertimbangkan pembekuan produksi minyak pada level bulan Januari.

Di sisi lain, Deutsche Bank mengatakan bahwa pertumbuhan permintaan bahan bakar energi dari China bisa jadi menurun. Perlambatan tersebut, jika sungguh terjadi, maka akan berdampak signifikan pada harga minyak global karena China telah menyumbang 37.5% pertumbuhan minyak dunia sejak 2010. Sebagaimana diungkapkan dalam sebuah catatan untuk klien, "Pertumbuhan permintaan minyak China, yang merupakan kontributor terbesar dalam pertumbuhan permintaan minyak dunia, bisa mulai melambat lebih cepat dibanding yang diperkirakan oleh beberapa proyeksi jangka panjang... Ini dapat membuat pertumbuhan minyak dunia jatuh dari 1.1 juta bph year-on-year pada tren tahun 2000-2006 menjadi hanya 800,000 bph...pada 2024."

 


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE