Menu

Melambatnya Prospek Ekonomi Asia Terus Menekan Harga Minyak

M Septian

Harga minyak dunia masih terus melemah akibat prospek ekonomi Asia semakin memburuk. Kerjasama antara negara-negara penghasil minyak untuk mengekang kelebihan pasokan tampaknya juga tidak mungkin terjadi.

Harga minyak dunia masih terus melemah akibat prospek ekonomi Asia semakin memburuk. Kerjasama antara negara-negara penghasil minyak untuk mengekang kelebihan pasokan tampaknya juga tidak mungkin terjadi.

Perekonomian Jepang menyusut 1.2 persen dalam laporan tahunan periode April-Juni meskipun sedang berlangsung langkah-langkah dari pemerintah dan Bank Sentral untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Impor minyak mentah China juga turun 13.4 persen di bulan Agustus menjadi 26.59 juta ton (6.29 juta barel per hari) dari bulan sebelumnya, walaupun permintaan cenderung begitu kuat.

WTI diperdangangkan pada 44.31 Dolar AS per barel, turun USD 1.74 sejak penutupan Jumat (04/09) lalu, terbebani oleh ditutupnya unit distilasi minyak mentah terbesar Exxon Mobil dengan produksi 502,500 barel per hari di Baton Rouge, Luosiana. Kemarin pasar AS libur untuk memperingati hari buruh. Minyak Brent tak terpengaruh penutupan penyulingan, meningkat 15 sen menjadi 47.78 barel, walaupun patokan minyak global tersebut masih lebih rendah 1.49 Dolar AS dari harga pembukaan hari Senin.

Igor Sechin, kepala eksekutif Rostnef mengatakan bahwa perlambatan di Asia "memiliki karakter terkendali" disebabkan oleh pengetatan pasar real estate China, tidak seperti ketika krisis 97/98 sebagian besar negara-negara Asia sekarang memiliki cadangan uang yang signifikan. Sechin juga berkata dia memprediksi permintaan China akan terus meningkat dalam jangka panjang, "Dalam 15 tahun, berdasarkan estimasi kita, China akan mengonsumsi 850 juta ton minyak, 350 juta ton lebih banyak dari sekarang."

Namun dalam jangka pendek, membanjirnya pasokan global masih mendominasi pasar minyak. Morgan Stanley mengatakan bahwa perkiraan harga masih akan bertahan dalam level rendah hingga tingginya produksi global akan berkurang pada kuartal keempat 2016. "Untuk sementara, faktor non-fundamental dan headline kemungkinan akan tetap menjadi poros penggerak harga yang utama," kata bank tersebut. Harga minyak dunia telah jatuh lebih dari 60 persen sejak Juni 2014 didorong oleh melimpahnya pasokan global.

Sechin menyetop spekulasi yang belakangan menyatakan bahwa Rusia mungkin bekerja sama dengan OPEC untuk menekan produksi dalam rangka menyokong harga, dengan menyatakan bahwa tidak seperti di timur tengah, Rusia tidak bisa dengan mudah memangkas produksi minyaknya karena perusahaan minyak Rusia memiliki mitra luar negeri yang kuat dengan tanggung jawab kepada pemegang saham dan bukan pemerintah. Seperti diketahui, produksi minyak OPEC mendekati rekor tertinggi untuk menekan kompetitor, terutama pengeboran minyak shale AS, yang sejauh ini meski harganya jatuh produksi minyak terus berlanjut.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE