Menu

Meski Sumur Minyak AS Berkurang, WTI Melandai

M Septian

Harga minyak dunia terus melemah terbebani oleh penurunan permintaan di pasar internasional, meski mendapat dukungan dari berkurangnya pengeboran minyak Amerika Serikat.

Harga minyak dunia terus melemah terbebani oleh penurunan permintaan di pasar internasional, meski mendapat dukungan dari berkurangnya pengeboran minyak Amerika Serikat. Kontrak berjangka minyak Brent diperdagangkan pada USD 47.77 per barel atau turun 37 sen dari sesi penutupan pekan kemarin. West Texas Intermediate (WTI) melemah tujuh sen menuju USD 44.56 per barel disokong oleh aktivitas pengeboran yang mengendur.

Sumur minyak AS terhitung menyusut 10 menjadi 652 pekan lalu, yang merupakan penurunan selama dua bulan berturut-turut. IEA juga menyatakan pemangkasan produksi dari suplier non-OPEC, terutama Amerika Serikat akan mengarahkan pada keseimbangan pasar tahun depan. Namun beberapa bank mengatakan bahwa proyeksi harga minyak baru-baru ini dapat menyebabkan harga menjadi lebih rendah. "Gambaran mengenai permintaan dan penawaran (minyak) kurang menguntungkan pada beberapa bulan mendatang. Di luar AS, fundamental minyak nampak merosot musiman," kata Morgan Stanley dalam catatan kepada kliennya dikutip dari CNBC.

Macquarie dalam tulisannya mengungkapkan bahwa anjloknya penjualan otomotif global bulan Agustus menarik jatuh permintaan. "Penjualan dalam perbandingan yoy turun satu persen, melebihi penurunan 0.8 persen pada bulan Juli," kata bank tersebut, walaupun penjualan bisa saja bertambah akhir tahun nanti.

ANZ juga menyatakan tingginya produksi emas hitam di timur tengah masih menjadi kekhawatiran pada sisi penawaran. Sebagian karena kelebihan pasokan dan untuk mempertahankan pangsa pasar, Kuwait selaku suplier minyak timur tengah menetapkan harga penjualan resmi (OSP) minyak bulan Oktober untuk pasar Asia 60 sen lebih rendah dari bulan September, didiskon USD 1.95 per barel ke Oman/Dubai.

Menurut analisa, rendahnya harga minyak dunia akan merusak keadaan finansial perusahaan energi yang telah terlihat dari penurunan harga saham mereka sejak awal 2014. "Jalur menuju pemulihan (harga minyak) terus menjauh sebagaimana ekspektasi kita pada peningkatan output OPEC. Kondisi finansial sektor tersebut masih terus memburuk hingga 2017," menurut Jefferies Bank. "Kita menurunkan proyeksi harga minyak 9 persen ke 54 Dolar AS per barel di 2015, 10 persen ke USD 61 per barel di 2016 dan 6 persen ke USD 73 per barel di tahun 2017," tambahnya.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE