Menu

Minyak Masih Dalam Bahaya, Ekonomi China Mengecewakan

M Septian

Harga minyak masih mendapat tekanan, terkait pembebasan sanksi ekonomi Iran. Meskipun masih terjadi silang pendapat, para analis juga khawatir Iran segera meningkatkan produksi minyaknya. Sementara di lain pihak, data ekonomi China dilaporkan mengecewakan.

Harga minyak masih mendapat tekanan, terkait pembebasan sanksi ekonomi Iran. Meskipun masih terjadi silang pendapat, para analis juga khawatir Iran segera meningkatkan produksi minyaknya. Sementara di lain pihak, data ekonomi China dilaporkan mengecewakan.

Kemarin (18/1), pergerakan minyak berjangka cenderung stabil, hanya saja masih berkisar pada level terendah seperti 2003 silam setelah sanksi pihak Barat terhadap Iran dibebaskan. Rilis GDP China kuartal keempat tahun lalu merupakan yang terendah sejak 1990. GDP y-o-y China melambat ke 6.8 persen di bawah perkiraan menetap pada 6.9 persen. Laporan produksi industri dan penjualan ritel China juga terlihat mengecewakan.

Hingga Selasa pagi (19/1), harga minyak masih berada dalam tekanan, mengingat Iran telah mengumumkan bahwa akan melakukan peningkatan tajam dalam produksi minyaknya. "Telah begitu jelas bahwa sentimen investorlah yang menggerakkan harga minyak. Posisi bearish menunjukkan dominasinya sejak tahun 1983, mengindikasikan kekhawatiran mengenai Iran yang akan semakin membanjiri pasar minyak," pernyataan ANZ Bank dalam catatannya kepada para trader hari ini.

Sanksi dari pihak Barat telah memaksa Iran untuk memangkas ekspor minyaknya sebesar 2 juta barel menjadi hanya kurang dari 1 juta barel per hari. Sementara harga emas hitam dalam 18 belas bulan terakhir telah merosot 70 persen yang dimulai sejak pertengahan 2014 lalu. Kontrak berjangka minyak West Texas Intermediate (WTI) di bursa COMEX melemah 1.02 persen menuju 29.12 per barel. Brent untuk dikirim bulan Maret masih bergerak sideways, sedikit menguat 0.81 persen ke USD 28.78 per barel.

Pandangan Goldman Sachs Mengenai Kembalinya Iran

Seperti dikutip dari CNBC, Goldman Sachs berasumsi bahwa produksi minyak Iran akan meningkat 285ribu barel per hari di tahun 2016 ini. Hanya sekitar setengah dari jumlah yang dikatakan oleh Menteri Perminyakan Iran, bahwa mereka telah siap menambah ekspor minyaknya 500ribu barel per hari. Firma perbankan asal Amerika Serikat tersebut juga mengatakan, "Pengumuman akhir pekan lalu (pembebasan sanksi Iran), telah berkontribusi besar pada penurunan harga minyak belakangan ini".

Sebagian besar trader beranggapan, kembalinya Iran di pasar minyak akan relatif lambat karena kebutuhan untuk merombak infrastruktur, setelah bertahun-tahun berada di bawah sanksi. Namun mereka juga mengkhawatirkan hal tersebut bisa saja segera terlaksana, karena jumlah cadangan minyak mentah yang dimiliki Iran sangatlah besar dan siap untuk dijual. Saat ini, diperkirakan negara tersebut memiliki sebanyak 12 juta barel minyak mentah dan 24 juta barel kondensat.


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE