Menu

Minyak Mendapat Pukulan Dari Meningkatnya Cadangan AS

M Septian

Hari ini, minyak mentah masih melanjutkan pelemahannya sejak awal pekan. Terpukul oleh bertambahnya jumlah cadangan minyak AS dan melimpahnya suplai minyak dunia. API semalam tadi menunjukkan bahwa persediaan minyak di Amerika Serikat meningkat 9.4 juta barel.

Hari ini, minyak mentah masih melanjutkan pelemahannya sejak awal pekan. Kali ini harga terpukul oleh bertambahnya jumlah cadangan minyak AS yang mengimplikasikan masih melimpahnya suplai minyak dunia.

Minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) terpuruk 25 sen atau sekitar 0.54 persen menuju USD 46.39 per barel, setelah sehari yang lalu turun ke USD 46.64. Sementara minyak Brent pengiriman November di bursa Intercontinental Exchange (ICE) London relatif mendatar, hanya melemah 1 sen menjadi 49.14 Dolar AS per barel dari penurunan 9 sen ke USD 49.15.

"Minyak mentah AS masih mengalami tekanan akibat rilis data cadangan minyak," menurut catatan ANZ Bank dilansir CNBC. Laporan dari grup industri American Petroleum Institute (API) semalam tadi menunjukkan bahwa persediaan minyak di Amerika Serikat meningkat 9.4 juta barel pada pekan hingga 9 Oktober, menghimpun total 465.96 juta barel. Angka tersebut melonjak tajam melebihi perkiraan para analis yang hanya memperkirakan pertambahan 2.8 juta barel. Cadangan minyak di pusat pengiriman Cushing, Oklahoma bertambah besar 1.4 juta barel.

 

Pengaruh Dari China Dan Melimpahnya Suplai Global

Kemarin, muncul kekhawatiran akan rendahnya permintaan global pada minyak setelah rilis data producer price dan consumer inflation China yang melemah. Badan statistik nasional China melaporkan indeks harga produsen turun 5.9 persen di bulan September. Sementara Consumer Price Index y-o-y hanya meningkat 1.6 persen, masih di bawah prediksi kenaikan 1.8 persen. Bulan Agustus lalu, CPI China tercatat naik 2 persen.

Data tersebut hadir setelah sehari sebelumnya International Energy Agency menyatakan proyeksi permintaan global meningkat 1.21 juta barel per hari di tahun 2016, atau hanya turun 150ribu barel per hari dari proyeksi bulan lalu. IEA juga memperkirakan pasokan dari negara non-OPEC akan turun menjadi 57.7 juta barel per hari karena produksi di AS, Rusia dan Laut Utara menurun. Tapi penurunan tersebut diimbangi peningkatan suplai minyak 1.6 juta menjadi 31.3 juta barel per hari dari OPEC.

Namun demikian sebagian analis optimis pada proyeksi pasar minyak jangka panjang. "Menurut skenario dasar kami, harga minyak Brent akan mencapai USD 85 per barel pada tahun 2020. Lebih tinggi 20 Dolar AS dari proyeksi sebelumnya USD 65 per barel," dalam laporan Barclays. "Keseimbangan pasar minyak setelah tahun 2016 nanti sangat bergantung oleh tiga hal: perlambatan di China yang berdampak pada permintaan minyak, kembalinya Iran ke pasar minyak, dan tingkat penurunan sumur tua."


Berita Minyak Lainnya




KONTAK KAMI PASANG IKLAN BROKER BELAJAR ANALISA ARTIKEL TERM OF USE